Harga emas tengah berada dalam tren negatif. Dalam sepekan terakhir, harga anjlok 3,43% secara point-to-point. Selama sebulan ke belakang, harga minus 2,9%.
Malam tadi waktu Indonesia, US Bureau of Labor Statistics merilis data inflasi Negeri Paman Sam periode Oktober. Bulan lalu, laju inflasi AS tercatat 0,2% dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm). Tidak berubah dibandingkan laju September.
Namun secara tahunan (year-on-year/yoy), inflasi pada Oktober tercatat 2,6%. Lebih tinggi ketimbang September yang sebesar 2,4% yoy, yang merupakan laju paling lemah sejak Februari 2021.
Sementara inflasi inti (core) adalah 0,3% mtm pada Oktober. Sama persis dengan angka September.
Adapun inflasi inti secara tahunan ada di 3,3% yoy. Juga sama seperti September.
Inflasi yang masih ‘keras kepala’ ini membuat nasib pelonggaran moneter oleh bank sentral Federal Reserve menjadi tidak menentu. Perjalanan menuju target inflasi 2% sepertinya akan memakan waktu.
Mengutip CME FedWatch Tools, peluang penurunan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) ke 4,25-4,5% adalah 58,7% kemarin. Jauh lebih rendah ketimbang seminggu lalu yang mencapai 69,9%.
Emas adalah aset yang tidak memberikan imbal hasil (non-yielding asset). Memegang emas jadi kurang menguntungkan saat suku bunga masih tinggi.
(aji)