Logo Bloomberg Technoz

Meski demikian, data inflasi IHK yang diumumkan juga menunjukkan lambatnya penurunan laju inflasi di negeri dengan ukuran ekonomi terbesar itu. 

Itu yang mendorong para pedagang surat utang AS masih banyak melepas Treasury jangka panjang pagi ini. Yield UST-10Y kini sudah di 4,46%, naik 3,4 bps. Begitu juga UST-30Y naik 7,8 bps ke 4,64%. Sementara tenor pendek 2Y turun 4,6 bps ke 4,29%.

Kini, pasar akan menanti pengumuman data inflasi Indeks Harga Produsen (IHP) atau PPI Amerika nanti malam.

Penguatan dolar AS pasca data dirilis, menyeret gerak rupiah di pasar forward turut melemah. Gerak rupiah forward seringkali melontar sinyal pergerakan di pasar spot. Rupiah NDF-1M tadi malam ditutup melemah di Rp15.857/US$ dan pagi ini masih stagnan di kisaran tersebut.

Level itu masih agak jauh dengan posisi penutupan rupiah spot kemarin di Rp15.775/US$, menyiratkan ada potensi pelemahan dalam perdagangan hari ini. Kemarin rupiah berhasil bertahan dengan penguatan tipis 0,03% ketika tekanan di pasar global masih besar.

Pada awal transaksi di pasar Asia Kamis ini, mayoritas mata uang di kawasan tertekan oleh dolar AS. Ringgit melemah 0,49%, baht 0,45%, yen 0,06%. Sedangkan dolar Singapura dan dolar Hong Kong hanya tergerus tipis 0,01%.

Analisis teknikal

Secara teknikal nilai rupiah berpotensi kembali melemah menuju level Rp15.800/US$ yang menjadi level support pertama. Lalu, support kedua akan tertahan di MA-200 di Rp15.830/US$.

Apabila dua support tersebut tertembus, rupiah berpotensi melemah makin jauh menuju Rp15.850/US$ sampai dengan Rp15.900/US$ sebagai support terkuat.

Jika nilai rupiah terjadi penguatan hari ini, resistance menarik dicermati pada trendline garis merah di area Rp15.750-Rp15.700/US$.

Dalam ten jangka menengah, rupiah masih memiliki potensi pelemahan lanjutan ke support psikologis ke level Rp16.000/US$.

Analisis Teknikal Nilai Rupiah Kamis 14 November 2024 (Riset Bloomberg Technoz)

Ketidakpastian 'bunga netral'

Beberapa pejabat The Fed kemarin menyampaikan ketidakpastian mendalam mereka terkait seberapa jauh bank sentral perlu menurunkan suku bunga.

Setelah mereka menyoroti kesulitan yang dihadapi para pembuat kebijakan dalam menentukan pengaturan yang tepat untuk menjaga keseimbangan ekonomi.

"Sekarang adalah waktu yang tepat untuk mulai mengurangi ketatnya kebijakan moneter, namun masih harus dilihat seberapa jauh suku bunga akan turun atau di mana mereka akan stabil nantinya," kata Gubernur The Fed Kansas City Jeff Schmid dalam acara konferensi di Dallas, dilansir oleh Bloomberg.

Banyak pejabat The Fed meyakini tingkat bunga netral, yakni tingkat di mana suku bunga tidak mendorong atau menekan pertumbuhan ekonomi, kemungkinan telah meningkat sejak pandemi. 

"Yang penting, ketidakpastian tentang tingkat netral juga meningkat, mungkin karena perubahan struktural dalam ekonomi relatif baru dan akan membutuhkan waktu untuk dinilai sepenuhnya," kata Gubernur The Fed Dallas Lorie Logan dalam konferensi yang sama. 

(rui)

No more pages