Bloomberg Technoz, Jakarta - Pemerintah Inggris makin tenggelam di dalam utang menyusul meningkatnya pembayaran bunga dan guncangan harga energi.
Dilansir dari Bloomberg News, Kantor Statistik Nasional (ONS) Inggris mencatatkan defisit anggaran negara mencapai rekor GBP 27,4 miliar (Rp 505 triliun) pada Desember 2022. Hampir tiga kali lipat dari tahun sebelumnya.

Angka ini terlampau jauh dari perkiraan para analis, yaitu GBP 17,3 miliar. Angka realiasasi defisit Inggris ini menyiratkan risiko terhadap ekonomi Inggris.
Saat ini, Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak tengah berjuang menahan inflasi yang mendekati level tertinggi selama empat dekade di tengah terjadinya pemogokan kerja massal yang melumpuhkan layanan publik. Adapun resesi yang kemungkinan terjadi tahun ini diperkirakan akan semakin membuat kering penerimaan pajak Inggris dan memperlebar defisit.
“Angka-angka keuangan publik yang lebih buruk dari perkiraan ini akan lebih memberanikan Menteri Keuangan untuk tetap memegang teguh keuangan publik,” tulis Ruth Gregory dari Capital Economics dalam sebuah catatan kepada klien.
Kenaikan dua digit dalam penerimaan dari Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penghasilan (PPh) telah membantu mengimbangi sebagian lonjakan biaya bunga utang sebesar GBP 33,4 miliar dalam 9 bulan pertama 2022. Penerimaan pajak ini didukung oleh inflasi tinggi dan pasar tenaga kerja yang kuat.
Utang sektor publik tercatat GBP 2,2 triliun atau sekitar 88% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Defisit didorong oleh GBP 17,3 miliar biaya bunga utang.

Sekitar seperempat dari semua obligasi pemerintah Inggris terkait dengan Retail Price Indeks (RPI), yang telah melonjak ke level tertinggi dalam beberapa dekade. Subsidi gas dan listrik juga memakan biaya sebesar GBP 7 miliar pada Desember saja.
"Kami membantu jutaan keluarga, tetapi kami juga harus memastikan bahwa level utang kami baik untuk generasi mendatang," kata Menteri Keuangan Inggris Jeremy Hunt.
ONS memaparkan portofolio emas Bank of England mengalami kerugian mark-to-market sebesar GBP 107 miliar pada Desember. Portofolio GBP 833 miliar telah menguras keuangan publik sejak September karena suku bunga yang lebih tinggi.
(ggq/aji)