"Jika perkiraan ini terbukti akurat, konsumsi batu bara global akan mencapai puncaknya pada 2024, menandai tonggak penting dalam transisi energi global," tulis Bank Dunia dalam laporannya.
Sejalan dengan permintaan yang menurun, produksi batu bara global diperkirakan menurun, terutama di China dan AS. Produksi juga diperkirakan turun di Indonesia, sejalan dengan target yang diumumkan oleh pemerintah.
Di antara produsen utama, hanya India yang diperkirakan masih mencatatkan pertumbuhan produksi batu bara dalam dua tahun ke depan untuk memenuhi permintaan domestik.
"Harga batu bara Australia diperkirakan turun sekitar 12% pada 2025 dan 2026 secara tahunan, melanjutkan penurunan tahunan yang diperkirakan sebesar 21% pada 2024," tulis tim peneliti Bank Dunia.
Analisis Teknikal
Secara teknikal dengan perspektif harian (daily time frame), batu bara masih terjebak di zona bearish. Tecermin dari Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 47,69. RSI di bawah 50 mengindikasikan suatu aset sedang dalam posisi bearish.
Namun indikator Stochastic RSI berada di 63,14. Menghuni area beli (long) yang bahkan cukup kuat.
Oleh karena itu, harga batu bara berpeluang bangkit. Namun memang ruang kenaikannya relatif terbatas.
Target resisten terdekat adalah US$ 143/ton. Jika tertembus, maka US$ 145/ton bisa menjadi target selanjutnya.
Sedangkan target support terdekat adalah US$ 137/ton. Penembusan di titik ini bisa membuat harga batu bara turun lagi menuju US$ 136/ton.
(aji)