Namun secara tahunan (year-on-year/yoy), inflasi pada Oktober tercatat 2,6%. Lebih tinggi ketimbang September yang sebesar 2,4% yoy, yang merupakan laju paling lemah sejak Februari 2021.
Sementara inflasi inti (core) adalah 0,3% mtm pada Oktober. Sama persis dengan angka September.
Adapun inflasi inti secara tahunan ada di 3,3% yoy. Juga sama seperti September.
Inflasi AS memang masih 'bandel'. Perkembangan ini membuat nasib pelonggaran moneter oleh bank sentral Federal Reserve menjadi tidak menentu.
Mengutip CME FedWatch Tools, peluang penurunan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) ke 4,25-4,5% adalah 58,7% kemarin. Jauh lebih rendah ketimbang seminggu lalu yang mencapai 69,9%.
Emas adalah aset yang tidak memberikan imbal hasil (non-yielding asset). Memegang emas jadi kurang menguntungkan saat suku bunga masih tinggi.
Analisis Teknikal
Secara teknikal dengan perspektif harian (daily time frame), emas masih terpuruk di zona bearish. Terlihat dari Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 34,65. RSI di bawah 50 menunjukkan suatu aset sedang dalam posisi bearish.
Namun indikator Stochastic RSI sudah berada di angka 0. Sudah paling rendah, sangat jenuh jual (oversold).
Oleh karena itu, harga emas berpeluang bangkit. Syaratnya, harus melewati pivot point US$ 2.604/troy ons. Dari situ, target resisten di rentang US$ 2.636-2.680/troy ons bisa menjadi perhatian.
Sementara target support terdekat adalah US$ 2.540/troy ons yang merupakan Moving Average (MA) 100. Target support terjauh atau paling pesimistis adalah MA-200 di US$ 2.395/troy ons.
(aji)