Kemungkinan yang disampaikan ini berarti akan terjadi penguatan 80% di 2023, sekaligus mengakhiri ‘masa kelam’ koin digital sepanjang tahun lalu.
Bitcoin berada di atas angin usai mendapat dukungan lewat longgarnya kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat (AS), The Fed. Pada periode sebelumnya suplai token baru seret efek meningkatnya risiko krisis keuangan AS, yang menyebabkan The Fed merilis sejumlah kebijakan tak populer untuk industri kripto.
Christopher Forbes, Kepala CMC Invest Singapore mengatakan, “hal yang terbaik dari kripto adalah ini menjadi solusi untuk likuiditas. Saat likuiditas kembali ke pasar, dan itu akan terjadi, dan kita akan melihatnya. Saya rasa mata uang kripto akan terus diperdagangkan.”
Sedangkan sebelumnya, para analis kompak memprediksi kenaikan harga Bitcoin terjadi sebentar lagi karena adanya pembatasan token baru atau “halving”. Bahkan, menurut Bloomberg Intelligence dan Matrixport, halving berpotensi memicu kenaikan setidaknya 81%.
Dalam beberapa hari terakhir, Standard Chartered Bank, BCA Research, dan Bloomberg Intelligence mulai memberi sinyal kemungkinan harga Bitcoin akan mencapai kisaran US$$100.000.
Aset Langka
“Krisis pada sektor perbankan akhir-akhir ini menjadi pendorong ‘re-establish’ aset Bitcoin sebagai aset digital yang terdesentralisasi,” kata Geoff Kendrick, Kepala Riset Kripto dan EM FX West Standard Chartered.
Associate Vice President BCA Juan Correa-Ossa mengatakan, sangat mungkin Bitcoin akan mengambil peran sebagian emas sebagai penyimpan nilai dalam bentuk digital. Saat harga token telah menyentuh 25% dari kapitalisasi emas maka besar kemungkinan Bitcoin kembali naik ke level US$160.000.
Sedangkan Bloomberg Intelligence menyatakan bahwa jika 1% dari nilai pasar obligasi dunia telah berpindah ke Bitcoin, maka harga token bersiap jadi U$185.000.
Penguatan koin digital hampir jadi perbincangan para analis, dimana hal itu cepat atau lambat akan terjadi. Tidak bisa dihindari. Rebound aset digital menjadi pelipur lara ketita tahun lalu industri porak poranda usai runtuhnya bursa FTX di November, hingga sempat membuat prospek suram.
Menurut Correa-Ossa dalam jangka pendek tetap ada sejumlah tantangan, yaitu kebijakan The Fed hingga para trader mengurangi ekspektasi mereka.
- Dengan asistensi Sidhartha Shukla.
(bbn)