Terbagi Tiga Ruang
1. Ruang Pertama
Memasuki ruang pertama, ada potret diri, profile Basoeki Abdullah dan lengkap dengan biografi singkatnya. Ada juga kutipan terkenal Basoeki yang berbunyi "Saya berjuang untuk negara saya tidak pakai senjata, tapi senjata saya kebudayaan, budaya seni!"
Memasuki ruangan berikutnya, ada lukisan potret Dr. Wahidjn Sudiro Husodo, RA Kartini, Ir. Soekarno, dan lukisan potret diri Basoeki Abdullah sendiri.
Pengalaman imersif dan interaktif sudah terasa di bagian ini. Sosok dalam lukisan bisa menganggukan kepala dan melambaikan tangan.
2. Ruang Kedua
Di ruang berikutnya, ada lukisan potret pemandangan Pantai Flores (1942), dan Flora dan Fauna Kekayaan Langka (1980). Lukisan terasa lebih hidup dengan teknologi imersif. Terlihat ikan-ikan bergerak dan sosok makhluk di dalam lukisan pun seperti menyapa setiap pengunjung yang hadir.
Ruang ini juga menyajikan lukisan Jika Tuhan Murka (1950), Sungai Tak Pernah Kembali (1970), dan Perubahan Kehidupan Dunia (1960).
Tiga lukisan ini ditampilkan dalam satu monitor raksasa dan bisa dinikmati hanya dengan merentangkan tangan ke kanan dan ke kiri.
3. Ruang Ketiga
Ruang terakhir juga terdapat tiga lukisan, yaitu Pertempuran Gatotkaca Lawan Antasena Memperebutkan Sembadra (1954), Bimasuci Berjuanglah Sampai Tercapai (1984), dan Perkelahian Antara Rahwana dan Jatayu Memperebutkan Sita (1950-1954).
Tiga lukisan ini berada dalam satu paduan cerita mengenai pertempuran.
Menariknya, tiga gambar ini bisa dinikmati secara interaktif hanya dengan sentuhan jari.
Apabila pengunjung menyentuh lukisan dengan jari, sosok dalam lukisan akan mempertontonkan pertempuran mereka.
Di sisi lain Putri Basoeki Abdullah, Cecilia Sidhawati, mengaku bangga dan berterima kasih atas diselengarakannya pameran digital Indonesia Dalam Sketsa: Basoeki Abdullah.
"Bagi kami pameran digital in merupakan sebuah bentuk penghormatan terhadap karya Basoeki Abdullah. Ini adalah pameran digital pertama yang menghadirkan karya beliau. Melalui teknologi, sosok Basoeki Abdullah dapat dikenalkan dengan cara yang lebih menarik dan mudah diakses oleh generasi yang lebih muda," tutur Cecilia Sidhawati.
Pameran akan berlangsung mulai hari ini hingga April 2025 mendatang di Galeri Indonesia Kaya, Jakarta, dan dapat dinikmati secara gratis.
(dec/spt)