“Meskipun tidak cenderung menjelaskan keseluruhan, terus harus kita perhatikan agar tidak mengalami misleading dengan angka besar atau makronya,” tutur Bendahara Negara.
Sebagai informasi, S&P Global melaporkan aktivitas manufaktur yang diukur dengan Purchasing Managers’ Index (PMI) sektor manufaktur di Tanah Air berada di 49,2 untuk periode Oktober.
Besaran tersebut tercatat sama persis, tidak berubah dibandingkan September. Hal ini membuat aktivitas manufaktur RI terkontraksi selama 4 bulan beruntun.
PMI di bawah 50 mencerminkan aktivitas yang berada di zona kontraksi, tidak ekspansi. Dengan demikian, aktivitas manufaktur Indonesia sudah berada di zona itu sejak Juli dan belum mampu bangkit.
“Produksi, pemesanan baru (new orders), dan perekrutan tenaga kerja melemah tipis seiring dengan pasar yang melemah. Keyakinan terhadap prospek ke depan, walau secara umum masih positif, tetapi turun ke level terendah dalam 4 bulan terakhir,:” ungkap laporan S&P Global.
Sebagai informasi, Konfederasi Serikat Pekerja Nasional (KSPN) mencatat jumlah korban pemutusan hubungan kerja (PHK) pada sektor industri tekstil dan produk tekstil (TPT) di Indonesia hampir mencapai 15.500 pekerja per 9 September 2024.
Presiden KSPN Ristadi melaporkan PHK tersebut terjadi karena pabrik-pabrik yang tutup, seiring dengan makin banyaknya pelaku industri pertekstilan yang melakukan efisiensi usaha.
“Total sejak awal 2024, ada 15.415 orang korban PHK anggota KSPN,” ujar Ristadi kepada Bloomberg Technoz, akhir bulan lalu.
(azr/lav)