“Stimulus terbaru adalah untuk membiayai kembali utang pemerintah daerah, jadi itu tidak akan banyak meningkatkan permintaan fisik,” kata Ni Hongyan, wakil manajer umum Eagle Metal International Pte yang terdaftar di Singapura, dalam sebuah wawancara pada Selasa (12/11/2024) di kantor perusahaan di pusat kota Shanghai.
Pasar tembaga di China sedang berada di titik kritis. Antusiasme terhadap logam yang dianggap penting bagi transisi energi dunia ini sedang dirusak oleh kelebihan pasokan domestik, serta kekhawatiran bahwa kemenangan Donald Trump dalam pemilihan umum di Amerika Serikat (AS) akan membawa lebih banyak tarif pada barang-barang China.
Selain itu, pertumbuhan permintaan China kemungkinan akan melambat dan konsumsi dapat mencapai puncaknya pada akhir dekade ini, menurut Beijing Antaike Information Development Co.
Peneliti yang didukung negara itu melihat dampak dari ekonomi yang melambat, serta upaya dari industri energi bersih untuk mengurangi jumlah tembaga dalam produk mereka, atau menemukan bahan alternatif.
Menurut perusahaan tersebut, Eagle Metal menangani sekitar 10% dari impor tembaga olahan China. Tahun lalu, total impor negara itu adalah 3,7 juta ton. Lebih dari separuh pelanggannya adalah fabrikator, yang membentuk logam untuk digunakan oleh produsen.
Perluasan kapasitas peleburan China yang tak henti-hentinya telah menggantikan pasokan dari luar negeri. Artinya, perusahaan tengah mencari peluang di tempat lain tahun depan, termasuk di Vietnam dan Korea Selatan, tempat permintaan tembaga dari kendaraan listrik meningkat, kata Leah Li, asisten manajer umum.
(bbn)