Tekanan di pasar surat utang mengikuti arus jual yang makin masif di pasar Treasury. Sampai siang ini di Asia, semua tenor UST naik tajam imbal hasilnya hingga double digit. Yield 10Y naik 12,5 bps menyentuh 4,42%, tertinggi sejak awal Juli lalu.
Indeks dolar AS siang ini masih bergerak kuat di 106,02 yang menjadi level terkuat the greenback sejak Juni lalu.
Di Asia, mata uang yang tadi pagi kompak menguat, kini terpecah. Rupiah sebaris dengan baht yang melemah 0,2%, peso 0,19%, yuan Tiongkok 0,15%, lalu yuan offshore 0,12%.
Sedangkan ringgit masih menguat 0,46%, terkuat sejauh ini, bersama yen Jepang, dolar Taiwan dan dolar Singapura juga rupee India.
Adapun di pasar saham, tekanan tidak terlihat dengan IHSG masih bertahan di zona hijau sejak pembukaan pasar kendati sentimen regional juga merugikan ekuitas. Bursa saham di negara-negara Asia sudah melemah sejak pagi tadi.
Pergerakan pasar surat utang yang suram dan menyeret pamor rupiah, berlangsung di tengah penantian para pelaku pasar akan rilis data inflasi AS nanti malam.
Indeks Harga Konsumen (IHK) yang diprediksi mencatat inflasi sebesar 0,2% MoM pada Oktober. Sedangkan inflasi inti diperkirakan di angka 0,3% MoM.
Secara tahunan, inflasi Oktober diprediksi naik ke 2,6% dari sebesar 2,4% pada bulan sebelumnya. Itu akan menjadi kenaikan pertama dalam laju tahunan sejak Maret lalu.
"Inflasi belum jinak," kata Scott Kleinman, Co-President Apollo Global Management Inc, dalam wawancara di Bloomberg Television, Selasa. "Kita harus hidup dalam lingkungan suku bunga tinggi untuk waktu yang lebih lama."
Para trader bertaruh pada penurunan lebih lanjut di pasar Treasury, mengantisipasi bahwa kebijakan yang dijanjikan Donald Trump akan memicu inflasi dan mempertahankan suku bunga AS tetap tinggi. Minat terbuka (open interest), indikator posisi trader berjangka di pasar obligasi, naik untuk sesi keempat berturut-turut dalam kontrak obligasi dua tahun, menurut data yang dirilis Selasa.
Gubernur Federal Reserve Minneapolis, Neel Kashkari, mengatakan pada Selasa bahwa dia akan mengamati data inflasi dengan cermat untuk menentukan apakah pemotongan suku bunga lain diperlukan pada pertemuan Desember mendatang di bank sentral AS.
(rui)