Pada periode yang sama, nilai tukar US$/MYR naik dari 4,1215 menjadi 4,3760, setara dengan depresiasi ringgit Malaysia sebesar 6,2%, yang berkontribusi pada pergerakan harga minyak sawit.
Kontrak berjangka minyak Brent bulan depan yang terdaftar di NYMEX juga melonjak 8,8% antara 1 dan 7 Oktober, kemudian menurun, mencatat kenaikan kumulatif hingga 4 November sebesar 1,9%, yang juga mendukung harga minyak sawit yang lebih tinggi.
Sentimen Pasokan RI
Reli harga CPO juga berkaitan langsung dengan adanya kekhawatiran tentang berkurangnya produksi di Indonesia dan Malaysia.
Pada 23 Oktober, Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) merilis pembaruan berkala mengenai kinerja sektor kelapa sawit RI, yang memperlihatkan persediaan domestik turun menjadi 2,45 juta ton, setelah anjlok ke level terendah dalam lima tahun terakhir sebesar 2,51 juta ton pada bulan sebelumnya.
Angka persediaan CPO Indonesia pada Agustus 24,3% lebih rendah dari bulan yang sama tahun lalu.
Gapki juga mengumumkan curah hujan di bawah rata-rata pada 2023 akan membebani produksi minyak sawit 2024, dengan estimasi bahwa produksi akan mencapai 51 juta ton, sekitar 5% lebih rendah dari 2023.
Senasib dengan Indonesia, data Dewan Minyak Sawit Malaysia (MPOB) menunjukkan persediaan CPO Malaysia pada September mencapai 2,01 juta ton, 12,9% lebih rendah dari tahun sebelumnya.
Jajak pendapat Reuters pada 5 November menjelang rilis pembaruan MPOB berikutnya pada 11 November memperlihatkan persediaan Negeri Jiran menurun menjadi 1,92 juta ton pada Oktober, 21,5% lebih rendah dari levelnya pada Oktober 2023.
Adapun, produksi CPO Malaysia terlihat turun dari 1,82 juta ton pada September ke level terendah dalam empat bulan sebesar 1,76 juta ton pada Oktober.
Berdasarkan jajak pendapat tersebut, ekspor sektor minyak sawit Malaysia diproyeksi meningkat dari 1,54 juta ton pada September menjadi 1,63 juta ton pada Oktober.
Minyak Nabati Lain
Penguatan harga CPO belakangan ini juga turut dikontribusikan oleh kenaikan harga di seluruh kompleks minyak nabati lain.
Antara 1 Oktober hingga 4 November, harga kontrak berjangka minyak kedelai bulan kedua yang terdaftar di CBOT naik dari USc42,91/pon menjadi USc45,51/pon, setelah turun menjadi USc39,11/pon pada 16 September.
Kontrak berjangka kanola bulan kedua yang terdaftar di ICE naik dari CAD624/ton menjadi CAD645/ton, setelah diperdagangkan pada harga akhir sesi sebesar CAD556/ton pada 13 September.
Harga ekspor minyak bunga matahari Ukraina (Chornomorsk, FOB) meningkat dari US$1.035/ton pada 4 Oktober menjadi US$1.165/ton pada 4 November, yang merupakan percepatan tren kenaikan yang terlihat pada 2024 hingga Oktober.
“Secara keseluruhan, rilis Indeks Harga Pangan FAO pada 4 Oktober menunjukkan peningkatan sebesar 4,6% secara bulanan pada komponen minyak nabati, yang naik ke level tertinggi dalam 21 bulan sebesar 142,4 poin pada September,” papar BMI.
Kekuatan harga minyak nabati lain sejak pertengahan September mencerminkan prospek yang lebih ketat untuk neraca produksi, karena penurunan musiman dalam produksi CPO telah diperparah dengan tantangan produksi biji minyak, seperti hambatan terhadap produksi biji rapa di Uni Eropa.
(wdh)