Logo Bloomberg Technoz

Kekhawatiran pasokan, termasuk reli spekulatif pada akhir Mei yang mendorong harga mendekati level tertinggi sepanjang sejarah pada kuartal II-2024, telah mereda karena peningkatan produksi dari produsen utama termasuk Cile, menyusul penyelesaian perselisihan perburuhan di tambang tembaga terbesar di dunia.

Normalisasi Pasokan

Pada perkembangan lain, Bank Dunia juga memperkirakan pasokan tembaga global kembali meningkat secara stabil dalam beberapa tahun ke depan, dengan adanya potensi produksi tambahan dari Afrika, Amerika Selatan, dan tempat lain yang mulai beroperasi; termasuk pembukaan kembali tambang di Cile usai negosiasi yang berakhir dengan baik dengan pemerintah setempat.

Permintaan global untuk tembaga juga kemungkinan akan tetap stabil, meskipun terjadi penurunan konsumsi yang berkepanjangan di sektor properti China.

Hal ini sebagian mencerminkan sifat intensif tembaga dari banyak teknologi transisi energi, termasuk kendaraan listrik, sistem energi terbarukan, dan infrastruktur jaringan.

Balik Arah

Sebelumnya, Asosiasi Perusahaan Industri Pengolahan dan dan Pemurnian Indonesia (AP3I) memperingatkan tekanan hebat yang dialami industri smelter tembaga di China dan banyak negara, bakal membuat pasar komoditas logam tersebut makin tidak seimbang.

Smelter tembaga./dok. Bloomberg

Sekjen AP3I Haykal Hubeis mengatakan banyaknya smelter tembaga China yang terancam berhenti beroperasi, bahkan gulung tikar, akan memengaruhi harga tembaga dunia hingga stok konsentrat tembaga global.

“Dampaknya harga tembaga akan naik, jika ada pengurangan kapasitas atau bahkan tutupnya smelter-smelter di China. Artinya, pasokan tembaga olahan [katoda tembaga] di pasar global akan berkurang, termasuk di China sendiri yang merupakan konsumen tembaga terbesar dunia,” ujarnya saat dihubungi, awal Oktober.

Apabila pasokan tembaga olahan di pasar dunia merosot, sambung Haykal, harga komoditas logam tersebut akan makin mahal. Walhasil, pasar global cenderung tidak seimbang karena faktor permintaan tinggi dan pasokan rendah.

Selain itu, BHP Group Ltd, perusahaan tambang terbesar di dunia, menerbitkan prospek jangka pendek yang hati-hati untuk tembaga, sambil tetap berpegang pada pandangan yang dianut secara luas bahwa logam transisi energi tersebut pada akhirnya akan mengalami defisit stok yang parah dan harga yang jauh lebih tinggi.

Pemasok tembaga terbesar kedua di dunia itu memangkas perkiraannya untuk permintaan China tahun ini, dan memperingatkan adanya surplus global yang moderat hingga akhir 2025, dalam ikhtisar pasar komoditas yang dirilis dengan pendapatan setahun penuhnya.

Namun, perusahaan itu memperkirakan "rezim harga yang melambung" terhadap tembaga pada akhir dekade ini, yang didorong oleh defisit global yang berkepanjangan.

(dov/wdh)

No more pages