Harga emas pun sudah turun 3 hari beruntun. Selama 3 hari tersebut, harga terpangkas 4,09%.
Dalam sepekan terakhir, harga emas amblas 5,38% secara point-to-point. Selama sebulan ke belakang, harga berkurang 1,94%.
Apresiasi kurs dolar AS menjadi sentimen negatif bagi harga emas. Sebab, emas adalah aset yang dibanderol dalam dolar AS.
Penguatan dolar AS membuat emas jadi lebih mahal bagi investor yang memegang mata uang lain. Permintaan emas berkurang, harga pun mengikuti.
Ya, dolar AS memang sedang perkasa. Kemarin, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan 6 mata uang utama) naik 0,46% ke 105,95. Ini menjadi yang tertinggi sejak 26 Juni atau sekira hampir 5 bulan terakhir.
Keterpilihan Donald Trump sebagai Presiden AS menjadi obat kuat bagi mata uang Negeri Paman Sam. Semasa kampanye, Trump berulang kali menegaskan komitmennya untuk membuat dolar AS kembali kuat, strong dollar.
Selain itu, Trump juga dikenal dengan kebijakan luar negeri yang agresif dengan menerapkan kenaikan bea masuk atas impor dari berbagai negara. Ini akan membuat harga barang dan jasa secara umum akan naik, inflasi akan melejit.
Jika kebijakan itu dilakukan dan inflasi meninggi, maka akan menjadi sulit bagi bank sentral Federal Reserve untuk menurunkan suku bunga. Target inflasi 2% yang dicanangkan The Fed bisa jadi terancam.
Sedangkan emas adalah aset yang tidak memberikan imbal hasil (non-yielding asset). Memegang emas akan kurang menguntungkan saat suku bunga masih tinggi.
(aji)