Alhasil, selama November saja, arus keluar modal asing dari pasar saham RI sudah menyentuh US$461,4 juta month-to-date, menurut data Bloomberg.
Pada pembukaan pasar Asia pagi ini, mata uang regional kebanyakan tertekan oleh dolar dalam kisaran sempit. Sementara bursa saham di kawasan Asia dibuka di zona merah. Nikkei turun 0,53%, sedangkan Kospi Korea juga tergerus 0,7%.
Analisis teknikal
Secara teknikal nilai rupiah berpotensi terkoreksi ke level Rp15.800/US$ yang menjadi support terdekat sebelum break support psikologis di Rp15.850/US$-Rp15.900/US$. Bila level itu kembali jebol, rupiah bisa semakin ambles ke Rp15.950/US$ sebagai support terkuat.
Dalam jangka menengah, rupiah masih berpotensi melemah lebih lanjut menuju Rp16.000/US$ usai breakout MA-100 dan MA-200 nanti. Sebaliknya, bila ada indikasi penguatan, terdapat level resistance menarik dicermati di Rp15.750/US$ dan Rp15.700/US$ sebagai resistance potensial.
Data inflasi AS
Nanti malam, AS akan melaporkan data inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) yang diprediksi sebesar 0,2% MoM pada Oktober. Sedangkan inflasi inti diperkirakan di angka 0,3% MoM.
Secara tahunan, inflasi Oktober diprediksi naik ke 2,6% dari sebesar 2,4% pada bulan sebelumnya. Itu akan menjadi kenaikan pertama dalam laju tahunan sejak Maret lalu.
"Inflasi belum jinak," kata Scott Kleinman, Co-President Apollo Global Management Inc, dalam wawancara di Bloomberg Television, Selasa. "Kita harus hidup dalam lingkungan suku bunga tinggi untuk waktu yang lebih lama."
Para trader bertaruh pada penurunan lebih lanjut di pasar Treasury, mengantisipasi bahwa kebijakan yang dijanjikan Donald Trump akan memicu inflasi dan mempertahankan suku bunga AS tetap tinggi. Minat terbuka (open interest), indikator posisi trader berjangka di pasar obligasi, naik untuk sesi keempat berturut-turut dalam kontrak obligasi dua tahun, menurut data yang dirilis Selasa.
Gubernur Federal Reserve Minneapolis, Neel Kashkari, mengatakan pada Selasa bahwa dia akan mengamati data inflasi dengan cermat untuk menentukan apakah pemotongan suku bunga lain diperlukan pada pertemuan Desember mendatang di bank sentral AS.
"Pasar obligasi bersiap untuk angka IHK yang lebih kuat," ujar David Rogal, manajer portofolio pendapatan tetap di BlackRock Inc. "Meskipun ada kepastian atas hasil pemilu, masih ada ketidakpastian yang cukup besar terkait kebijakan dan dampaknya terhadap pasar."
Sementara dari dalam negeri, belum ada sentimen positif yang bisa melegakan para pelaku pasar. Survei penjualan ritel menunjukkan kinerja penjualan eceran di Indonesia makin terpuruk, terindikasi dari kontraksi pada September dan diperkirakan lanjut pada Oktober lalu.
Kerentanan rupiah akibat faktor eksternal membuat potensi penurunan bunga acuan BI rate menjadi terbatas kendati inflasi sudah begitu rendah dan ekonomi domestik membutuhkan pelonggaran. Peluang penurunan BI rate yang kecil menjadikan prospek surat utang RI menjadi kurang sentimen positif, ditambah animo asing yang makin pupus terpicu 'Trump Trade'.
(rui)