Logo Bloomberg Technoz

Indeks Dolar AS Tertinggi Sejak Juni, Waspada Rupiah Makin Ambles

Tim Riset Bloomberg Technoz
13 November 2024 07:40

Karyawan merapihkan uang rupiah di salah satu bank di Jakarta, Selasa (16/1/2024). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)
Karyawan merapihkan uang rupiah di salah satu bank di Jakarta, Selasa (16/1/2024). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Rupiah berisiko melemah semakin dalam pada perdagangan hari Rabu ini di pasar spot, setelah lonjakan imbal hasil surat utang Amerika Serikat (AS) makin tak terbendung, menjelang rilis data inflasi negara itu nanti malam.

Indeks dolar AS semalam 'terbang' makin tinggi dan ditutup di level 106,02, tertinggi dalam lima bulan. Sedangkan yield Treasury, surat utang AS, yang pasarnya baru dibuka kemarin melanjutkan lonjakan imbal hasil. UST-10Y melesat ke 4,42% dan pagi ini pada pembukaan pasar Asia makin naik menyentuh level 4,43%. Begitu juga tenor lain 5Y yang naik 12,6 bps ke level 4,31%. 

Tekanan dari pasar Treasury bakal semakin menyeret pasar fixed income domestik yang sudah tertekan cukup dalam kemarin, seiring menyempitnya selisih imbal hasil investasi dengan AS. Arus keluar modal asing bisa kian besar dan menjatuhkan nilai rupiah makin lemah.

Di pasar forward, rupiah NDF sudah diperdagangkan di kisaran Rp15.849/US$ pagi ini setelah tadi malam ditutup melemah 0,15% di bursa New York.

Rupiah tidak cukup memiliki sokongan kendati dalam lelang SUN kemarin, animo investor meningkat dalam memburu yield lebih tinggi. Di pasar saham, dua hari terakhir, asing masih melanjutkan aksi jual senilai total Rp1,63 triliun.

Artikel Terkait