Namun, usai melakukan IPO, kedua perusahaan tersebut tak mencerminkan kemajuan, dengan terus didera kerugian dan proses hambatan bisnis yang cukup rumit hingga hingga saat ini.
"Pada saat itu kan tingkat interest-nya tinggi. Jadi para investor itu lebih nyaman berinvestasi ke instrumen yang return-nya tinggi, sehingga memberikan perhatian yang berikutnya kepada start up company teknologI," tutur dia.
Diproyeksi Kembali Semarak
Meski demikian, Nyoman masih optimistis ke depan akan masih terbuka lebar. Itu disebabkan lantaran adanya era suku bunga yang diproyeksi akan tetap rendah ke depan, yang memicu kemudahan bunga pendanaan.
"Harusnya startup akan muncul atau berkembang lagi. Masalah entrepenur kapan mau masuk, kembali lagi saya sampaikan mereka yang lebih tahu kapan masuknya. Tapi dari signalling market harusnya perusahaan-perusahaan start up akan tumbuh lagi," ujar Nyoman.
Sementara itu, saat ini, sebanyak 17 dari 29 calon emiten yang masuk dalam pipeline IPO hingga akhir tahun ini memiliki aset skala besar atau di atas Rp250 miliar.
Selanjutnya terdapat 10 perusahaan berstatus skala menengah dengan aset Rp50 miliar hingga Rp250 miliar dan 2 perusahaan dengan aset skala kecil atau di bawah Rp50 miliar.
Hingga hari ini, Selasa, 12 November 2024, BEI juga mencatat telah ada 38 perusahaan yang melantai di bursa, dengan total dana terhimpun lebih dari Rp5 triliun.
(ibn/dhf)
No more pages