Mencuplik data Statista, negara yang menjadi konsumen batu bara terbesar di dunia adalah China, dengan kapasitas 91,94 exajoules pada 2023. Sementara itu, konsumen kedua terbesar adalah India sebesar 21,98 exajoules dan AS sebesar 8,2 exajoules.
Produksi dan Harga
Sejalan dengan permintaan yang menurun, produksi batu bara global diperkirakan menurun, terutama di China dan AS. Produksi juga diperkirakan turun di Indonesia, sejalan dengan target yang diumumkan oleh pemerintah.
Di antara produsen utama, hanya India yang diperkirakan masih mencatatkan pertumbuhan produksi batu bara dalam dua tahun ke depan untuk memenuhi permintaan domestik.
"Harga batu bara Australia diperkirakan turun sekitar 12% pada 2025 dan 2026 secara anual, melanjutkan penurunan tahunan yang diperkirakan sebesar 21% pada 2024," tulis tim peneliti Bank Dunia.
Di lain sisi, harga batu bara Australia berada dalam tren peningkatan sepanjang 2024. Bank Dunia mencatat harga batu bara Australia meningkat dari US$126,9/ton pada Januari—Maret 2024 menjadi US$140,8/mt pada Juli—September 2024.
Di tingkat global, harga batu bara naik pada perdagangan akhir pekan lalu. Namun, harga si batu hitam masih terjebak dalam tren negatif. Pada Jumat (8/11/2024), harga batu bara di pasar ICE Newcastle untuk kontrak pengiriman bulan ini ditutup di US 142,2/ton. Naik 0,78% dibandingkan hari sebelumnya.
Akan tetapi, sepanjang pekan lalu, harga komoditas ini masih membukukan koreksi 1,28%. Dalam sebulan terakhir, harga terpangkas 5,7%. Bagi Indonesia, koreksi harga batu bara bukan hal yang menggembirakan. Pasalnya, batu bara adalah komoditas utama ekspor Indonesia.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekspor bahan bakar mineral (yang didominasi batu bara) mencapai US$29,06 miliar sepanjang Januari—September 2024. Nilainya adalah 16,04% dari total ekspor nonmigas Tanah Air.
Terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden AS juga dinilai bisa membawa dampak bagi industri batu bara ke depannya. Pada masa pemerintahan pertamanya, Trump dikenal dengan kebijakan luar negeri yang agresif. Salah satunya adalah perang dagang dengan China, di mana AS menaikkan tarif bea masuk bagi produk-produk asal Negeri Panda.
“Kalau ekonomi China sampai memburuk karena kebijakan perang dagang, maka Indonesia akan terkena dampaknya. Ekspor komoditas utama seperti batu bara akan terpengaruh seiring pelemahan permintaan dari China, yang merupakan mitra dagang terbesar Indonesia,” papar riset Moody’s Analytics.
(wdh)