CEO PropertyGuru, Hari V. Krishnan, menyampaikan bahwa keputusan ini diambil dengan mempertimbangkan berbagai faktor, meskipun menyadari dampaknya terhadap karyawan dan pengguna setia platform tersebut.
3. JD.ID
Platform e-commerce JD.ID menutup semua layanannya pada 31 Maret 2023. Keputusan ini disampaikan melalui laman resmi JD.ID, yang juga mengumumkan penghentian penerimaan pesanan per 15 Februari 2023. Head of Corporate Communications & Public Affairs JD.ID, Setya Yudha Indraswara, menyebutkan bahwa keputusan ini merupakan strategi JD.COM untuk lebih fokus pada pengembangan jaringan rantai pasok lintas-negara, dengan logistik dan pergudangan sebagai fokus utama.
4. Airy Rooms
Airy Rooms, startup agregator hotel, menghentikan operasionalnya pada 31 Mei 2020. Pandemi Covid-19 menyebabkan penurunan permintaan layanan akomodasi, yang memukul bisnis ini. Sebelum pandemi, Airy Rooms berhasil menjalin kerja sama dengan berbagai pemilik hotel dan penginapan kecil.
Namun, perubahan situasi membuat Airy Rooms tidak mampu bertahan. CEO Airy Rooms Indonesia, Louis Alfonso Kodoatie, mengungkapkan bahwa keputusan ini diambil dengan mempertimbangkan kondisi pasar yang berubah drastis.
5. Fabelio
Startup di bidang desain furnitur dan interior, Fabelio, dinyatakan bangkrut pada 2022. Pengadilan Niaga di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat mengeluarkan putusan yang menyatakan kebangkrutan Fabelio pada 5 Oktober 2022.
Sebelumnya, Fabelio dilaporkan mengalami masalah keuangan, termasuk penundaan pembayaran gaji karyawan sejak akhir 2021 dan tunggakan pembayaran BPJS Ketenagakerjaan. Kondisi keuangan yang sulit memaksa Fabelio untuk menutup operasinya.
6. Sorabel
Sorabel, platform e-commerce yang populer, resmi ditutup pada 30 Juli 2020. Manajemen perusahaan menyampaikan kepada para karyawannya bahwa mereka telah melakukan berbagai upaya untuk menyelamatkan bisnis, namun keputusan untuk likuidasi tetap tidak terhindarkan.
Sorabel mengalami kesulitan keuangan dan kesulitan mendapatkan pendanaan baru di tengah pandemi, sehingga perusahaan ini harus menyerah dan menghentikan semua operasionalnya.
7. Stoqo
Stoqo, startup yang menyediakan layanan business-to-business (B2B) untuk pemasokan bahan makanan segar, juga harus menutup usahanya pada 2020. Pandemi mengganggu bisnis ini, yang sebelumnya memasok berbagai bahan makanan seperti cabai, telur, dan kopi ke berbagai restoran. Stoqo resmi menghentikan operasional pada 22 April 2020, dan sekitar 250 karyawan terdampak dari penutupan tersebut. Stoqo sebelumnya mendapat dukungan pendanaan dari beberapa investor terkemuka.
8. Qlapa
Qlapa, yang fokus pada penjualan produk kerajinan lokal, menghentikan operasionalnya pada 2019. Startup ini tidak mampu bersaing dengan platform e-commerce besar seperti Tokopedia dan Bukalapak. Dalam pernyataannya, manajemen Qlapa mengungkapkan rasa terima kasihnya atas dukungan pelanggan dan mitra selama perjalanan mereka, namun persaingan yang ketat memaksa Qlapa untuk menutup layanan.
9. CoHive
CoHive, startup penyedia ruang kerja bersama (co-working space), dinyatakan pailit pada awal 2023 oleh Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Berdiri pada 2015 sebagai proyek dari East Ventures, CoHive sempat menjadi pilihan utama bagi banyak perusahaan rintisan di Indonesia yang membutuhkan ruang kerja fleksibel. Namun, kondisi bisnis yang menantang memaksa CoHive untuk menutup layanannya, dengan putusan pailit yang diambil pengadilan pada 18 Januari 2023.
10. Beres.id
Beres.id, startup yang merupakan anak usaha dari perusahaan Malaysia, Kaodim, mengumumkan penghentian layanannya di Indonesia pada 1 Juli 2022. Kaodim, yang menyediakan platform marketplace untuk jasa layanan seperti servis AC, kebersihan rumah, dan konstruksi, menutup semua unit bisnisnya di Asia Tenggara, termasuk Beres.id di Indonesia.
Sejak didirikan pada 2015, Kaodim sempat mengumpulkan pendanaan sebesar US$17,6 juta, namun akhirnya harus menutup layanannya di beberapa negara.
Kisah startup yang bangkrut ini menjadi pelajaran berharga bagi industri startup di Indonesia. Faktor-faktor seperti persaingan ketat, keterbatasan modal, dan perubahan pasar yang drastis, terutama selama pandemi Covid-19, menjadi tantangan besar yang sulit diatasi oleh sebagian besar perusahaan.
Bagi para pelaku bisnis startup, memahami dinamika pasar dan memiliki strategi yang adaptif adalah kunci untuk bertahan di industri yang penuh dengan ketidakpastian ini.
(seo)