Para pemimpin dalam pertemuan tersebut juga mengutuk apa yang mereka sebut sebagai "serangan terus-menerus" Israel terhadap staf dan fasilitas PBB di Gaza. Bulan lalu, Knesset Israel mengesahkan undang-undang yang melarang UNRWA, badan pengungsi Palestina PBB, beroperasi di Israel dan Yerusalem Timur yang diduduki, dengan tuduhan badan tersebut berkolusi dengan Hamas. Beberapa negara, termasuk AS dan Inggris, menyatakan keprihatinan serius mengenai langkah ini yang membatasi kemampuan badan tersebut untuk mengirimkan bantuan ke Gaza.
Di balik pertemuan besar ini, ada kembalinya Donald Trump ke Gedung Putih. Para pemimpin Teluk menyadari kedekatannya dengan Israel, tetapi mereka juga memiliki hubungan baik dengannya, dan berharap Trump dapat menggunakan pengaruhnya serta kegemarannya membuat kesepakatan untuk mengakhiri konflik di kawasan ini.
Di Arab Saudi, Trump lebih dipandang positif dibandingkan Presiden Joe Biden, meskipun rekam jejaknya di Timur Tengah terbilang beragam. Ia menyenangkan Israel namun menuai kemarahan dunia Muslim dengan mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel dan menganeksasi Dataran Tinggi Golan yang diduduki. Trump juga berhasil mengamankan Kesepakatan Abraham pada 2020 yang memungkinkan UAE, Bahrain, dan Maroko menjalin hubungan diplomatik penuh dengan Israel, sementara Sudan setuju untuk mengikuti langkah tersebut.
(del)