Ia menyatakan bahwa sektor perumahan dapat menyerap banyak tenaga kerja, serta berkontribusi besar dalam Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.
“Selain untuk memenuhi kebutuhan pekerja dan sebagainya, di dalam komponen PDB kita ini sangat kita andalkan untuk mendorong supaya kita bisa mencapai sampai 8%. Karena sektor ini kontribusinya ke BDP sangat besar sekali,” klaim Susi.
Padahal, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa pertumbuhan sektor real estat pada kuartal III-2024 hanya tumbuh 2,32% (year-on-year/yoy) dan berkontribusi sebesar 2,32% terhadap PDB.
Sementara sektor konstruksi tumbuh 7,48% (yoy) pada kuartal III yang lalu, dengan distribusinya kepada PDB sebesar 10,06%.
Sebagai informasi, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) melaporkan realisasi FLPP untuk perumahan Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) per Oktober 2024 telah terealisasi 178 ribu unit dari kuota 200 ribu unit.
“Kami lihat FLPP pemerintah naikan dari 168 ribu menjadi 200 ribu unit, saat ini kita pantau sampai akhir Oktober capai realisasi 178 ribu unit.,” kata Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kemenkeu Febrio Kacaribu dalam konferensi pers, dikutip Senin (11/11/2024).
Sejalan dengan penambahan kuota FLPP, Febrio memprediksi realisasi FLPP dapat mencapai 200 ribu unit sampai akhir tahun ini.
Sementara itu, insentif perpajakan untuk sektor perumahan yakni PPn DTP telah dimanfaatkan untuk 31.600 unit rumah per Oktober 2024. Terkait itu, Febrio menargetkan realisasi insentif PPn DTP dapat disalurkan untuk pembelian 54 ribu unit rumah pada akhir tahun 2025.
“Kita perkirakan sampai akhir tahun 54 ribu unit rumah sehingga realisasinya bisa dorong investasi dan resiliensi pertumbuhan ekonomi 2024,” ucap Febrio.
(azr/lav)