Logo Bloomberg Technoz

Tekanan yang dihadapi oleh rupiah terutama karena sentimen negatif dari bursa saham domestik. IHSG makin ambles sejak pagi hingga sempat menyentuh 7.183 pagi tadi.

Sementara di pasar Surat Berharga Negara (SBN), rebound harga masih berlanjut di mana yield SBN acuan rata-rata bergerak melandai meski terbatas.

Yield 2Y turun ke 6,50%. Lalu tenor 5Y juga turun jadi 6,51%. Sedangkan tenor 10Y masih naik sedikit ke 6,74%. 

Selain karena pemburukan bursa saham, sentimen dari China juga tidak menguntungkan pamor mata uang Asia hari ini.

Pemerintah China menahan mengumumkan program senilai 10 triliun yuan (US$1,4 triliun) untuk membantu pemerintah daerah mengatasi utang mereka, akan tetapi tidak memberikan stimulus baru untuk meningkatkan konsumsi.

"Dengan penekanan pada stabilisasi daripada stimulus, dan tidak ada langkah-langkah untuk memfasilitasi rekapitalisasi bank dan/atau meningkatkan konsumsi, kami pikir ini akan menjadi kekecewaan bagi para investor saham, meskipun angka-angka utama dari debt-swap lebih tinggi dari ekspektasi," tulis para ahli strategi Nomura Holdings Inc yang dipimpin oleh Chetan Seth dalam sebuah catatan, dilansir dari Bloomberg hari ini.

Keyakinan konsumen memburuk

Rupiah juga terbebani hasil Survei Konsumen RI terakhir yang dilansir Bank Indonesia hari ini.

Tingkat keyakinan konsumen di Indonesia pada Oktober terpuruk ke level terendah dalam dua tahun, akibat kondisi ekonomi saat ini dinilai sebagai yang terburuk sejak September 2022 silam, tertekan penurunan penghasilan dan keterbatasan lapangan kerja. 

Pemburukan situasi ekonomi akhirnya semakin mengerem greget belanja masyarakat, terutama kelas menengah yang jadi motor konsumsi nasional, dan menjatuhkan ekspektasi konsumen akan kondisi perekonomian ke depan.

Semua kelas konsumen mencatat penurunan penghasilan terindikasi dari Indeks Penghasilan Saat Ini yang anjlok terutama dialami oleh kelompok pengeluaran menengah Rp3,1 juta hingga Rp5 juta per kapita per bulan. 

Kondisi penghasilan yang memburuk membuat animo belanja untuk barang tahan lama (durable goods) yang menjadi salah satu indikator daya beli dalam perekonomian, juga ikut terpuruk ke level terendah sejak Maret 2023.

Pangkal dari kondisi keterpurukan konsumsi masyarakat Indonesia saat ini, bila melacak ke belakang data Survei Konsumen, adalah karena ketersediaan lapangan kerja yang sempit. 

Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja pada Oktober anjlok 10,9% dibanding posisi setahun sebelumnya dan anjlok 3,2% dibanding bulan September lalu.

Melacak jauh ke belakang, ketersediaan lapangan kerja di Indonesia saat ini bahkan dinilai sebagai yang tersempit sejak April 2022 lalu atau dalam hampir tiga tahun terakhir.

 

(rui)

No more pages