Bloomberg Technoz, Jakarta - Rencana pemerintah untuk menaikkan pajak pertambahan nilai (PPN) dari semula 11% menjadi 12% pada 2025 akan turut berimbas kepada kenaikan harga tiket pesawat.
Direktur Utama PT Garuda Indonsia (Persero) Tbk (GIAA) Irfan Setiaputra mengatakan, pasalnya, penentuan harga tiket pesawat termasuk juga disebabkan oleh kenaikan pajak, selain ketentuan Tarif Batas Atas (TBA).
"Harga tiket memang dipengaruhi oleh beberapa indikator. Kita selalu lihat itu, tapi juga ada pajak. Tolong siap-siap ada PPN naik 12%, sudah pasti harga tiket pesawat naik,” ujar Irfan dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta, Senin (11/11/2024).
Irfan mengatakan, selain kedua faktor itu, penetuan harga tiket pesawat juga disebabkan oleh pajak lain yakni Pelayanan Jasa Penumpang Pesawat Udara atau PJP2U yang ditetapkan oleh Kementerian Perhubungan (Kemenhub).

Dalam aturan itu, Kemenhub mematok tarif tiket pajak per per penumpang dengan rentang harga yang berbeda di tiap Bandara, mulai Rp70.000 hingga Rp266.000.
"Kita tidak permah keluar dari harga tiket batas yg diatur oleh pemerintah dari 2019. Tapi pajak masuk, kena PDB dan jasa raharja. Lalu avtur untuk penerbangan domestik itu kena pajak juga," ujar dia.
Pemerintah sendiri sebelumnya resmi akan menaikkan tarif PPN menjadi 12% per 1 Januari 2025. Kenaikan PPN itu berdasarkan amanat dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan atau UU HPP.
Meski demikian, Presiden Prabowo Subianto disebut berencana akan menunda kenaikan tarif tersebut, sebagai bagian dari menjaga daya beli masyarakat yang diharapkan teap menguat.
"Kami dari Fraksi PAN meminta kepada pemerintah mengkaji ulang, saya kira kita akan sepakat lah," ujar politikus Partai Amanat Nasional (PAN) Eddy Soeparno, belum lama ini.
(ibn/roy)