Para turis, terutama yang muda atau Gen Z, berbondong-bondong ke Zibo bukan karena tempat pemandangan atau situs bersejarah yang terkenal, tetapi karena murah. Di kota itu, yang populer adalah sate barbekyu daging dengan harga sekitar Rp 140 ribu dapat sekitar 35 tusuk.
Saat China mencabut pembatasan ketat karena Covid-19, pemandangan yang ada di Zibo menunjukkan bagaimana meskipun ada harapan besar ekonomi segera bangkit kembali, pukulan finansial dari tiga tahun Covid masih membatasi daya beli penduduk.
Hal ini terutama terjadi terhadap anak muda yang secara historis menghadapi tingkat pengangguran yang tinggi, sementara perjalanan ke luar negeri masih belum terjangkau banyak orang mengingat harga tiket yang mahal.
Pencarian hotel domestik untuk liburan Hari Buruh naik hampir 200% dari 2019, sedangkan untuk tujuan luar negeri hanya pulih sekitar 70% dari tingkat sebelum Covid, menurut data dari situs pemesanan online Ctrip.com.
“Ada perbedaan dalam kecepatan pemulihan konsumsi,” kata Ada Li, seorang analis di Bloomberg Intelligence. “Kelompok berpenghasilan rendah, yang paling terpengaruh oleh pandemi dan pengangguran, biasanya lebih sadar soal biaya karena mereka memiliki pendapatan yang lebih kecil. Butuh waktu lebih lama agar permintaan mereka pulih.
Bepergian ke Zibo masuk akal bagi para anak muda, yang ingin menimati makanan murah sembari berkumpul dengan teman-teman mereka setelah tiga tahun terisolasi secara sosial dan tekanan ekonomi.
“Ini adalah perjalanan pertama saya sejak akhir Covid,” kata Chris Wu, seorang mahasiswa yang berencana hanya menghabiskan 1.200 yuan (Rp 2,5 juta) selama liburan Hari Buruh di Zibo.
Zibo mulai menjadi perhatian pada Maret lalu berkat ulasan dari sekelompok siswa yang kembali ke kota itu untuk mengenang makanan dan pengalaman berkesan mereka selama karantina di sana pada tahun 2022, menurut People's Daily.
Belakangan, kreator konten populer pun mengunjungi kota itu dan menemukan bahwa para penjual makanan di sana menyajikan porsi yang banyak. Hal ini memicu lebih banyak diskusi tentang kota itu dengan tagar-tagar yang viral.
“Sebagian besar konsumen sangat terkejut betapa tulus dan jujurnya para pebisnis di Zibo, karena mereka tidak menaikkan harga bahkan ketika turis melonjak secara signifikan,” kata Dave Xie, prinsipal konsultan Oliver Wyman yang berbasis di Shanghai. “Sangat lazim bagi sebuah kota wisata populer untuk menipu pengunjung.”
Jumlah pengunjung ke Zibo meningkat 134% menjadi 4,8 juta pada Maret dari tahun lalu, dengan pendapatan dari pariwisata melonjak 60%, menurut sebuah laporan di media Yicai.
Pejabat lokal pun turun tangan untuk menambah kereta ekspres, memotong harga hostel pemuda dan melarang hotel menaikkan harga lebih dari 50% selama liburan Hari Buruh. Langkah-langkah tersebut selanjutnya membuat Zibo makin diminati oleh para pelancong China.
Cathy Wu, seorang mahasiswa, yang juga melakukan perjalanan pertamanya sejak pandemi pada liburan Hari Buruh ini, memutuskan ke Zibo usai melihat klip video tentang kota ini di platform Douyin, TikTok versi China.
Ia berencana mengunjungi Zibo selama dua hari dengan ongkos 500 yuan. "Aku benar-benar ingin pergi ke suatu tempat untuk bersenang-senang," katanya. “Harganya pas untuk mahasiswa.”
--Dengan asistensi Sarah Zheng, Daniela Wei, dan Selina Xu.
(bbn)