Secara teknikal dengan perspektif harian (daily time frame), emas masih terjebak di zona bearish. Terlihat dari Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 46,54. RSI di bawah 50 menandakan suatu aset sedang dalam posisi bearish.
Namun, indikator Stochastic RSI sudah berada di 10,12. Jauh di bawah 20, yang berarti sangat jenuh jual (oversold).
Dalam waktu dekat, tekanan terhadap harga emas masih akan terjadi. Sepertinya harga masih bisa turun lagi ke arah US$ 2.682/troy ons,yang merupakan Moving Average (MA) 5.
Akan tetapi, selepas itu harga emas bisa bangkit. Pivot point akan ada di US$ 2.684/troy ons. Dari situ, target resisten terdekat adalah MA-10 di US$ 2.715/troy ons. Jika tertembus, maka MA-20 di US$ 2.721/troy ons bisa menjadi target selanjutnya.
Kabar dari China
Hari ini, sentimen yang membayangi pasar adalah kabar dari China. Akhir pekan lalu, pemerintah China mengumumkan program penyelamatan terhadap utang pemerintah daerah senilai CNY 10 triliun.
Namun, tidak ada stimulus baru yang diumumkan. Ini membuat investor kecewa, karena stimulus yang diberikan dinilai tidak memadai.
“Saya rasa pasar saat ini sedang memberikan reaksi negatif. Dalam hal volatilitas, ketidakpastian masih tinggi dan mungkin berlangsung dalam waktu lama,” tegas Andy Maynard, Head of Equities di China Renaissance Securities, seperti dikutip dari Bloomberg News.
UBS pun kemudian menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi China, Pada 2025, pertumbuhan ekonomi China diperkirakan sekitar 4% dan lebih lemah pada 2026.
Sentimen negatif pun merebak di pasar, karena China adalah perekonomian terbesar kedua di dunia. Pasar komoditas tidak terkecuali, begitu pula harga emas.
(aji)