Adapun Badan Statistik AS akan mengumumkan data inflasi CPI (Consumer Price Index/CPI) dan inflasi PPI (Producer Price Index/PPI) bulan Oktober. Data inflasi ini akan menjadi catatan penting para pelaku pasar dalam mencermati arah kebijakan suku bunga The Fed ke depan.
Konsensus pasar yang dihimpun oleh Bloomberg sampai dengan Senin pagi memproyeksikan inflasi CPI AS pada Oktober adalah sebesar 0,2% month-on-month (MoM), sama dengan bulan sebelumnya. Secara tahunan (YoY), inflasi AS diprediksi di angka 2,6%, lebih tinggi dibandingkan dengan bulan September 2,4%. Sementara inflasi inti diramal sebesar 0,3% MoM dan 3,3% YoY.
Bila angka yang diumumkan nanti sesuai prediksi pasar atau lebih rendah, hal itu bisa menjadi sentimen positif bagi Emerging Market, termasuk IHSG, karena potensi pemangkasan suku bunga The Fed masih bertahan di jalurnya.
Di sisi lain, sejumlah pejabat The Fed juga dijadwalkan akan berbicara di berbagai forum, termasuk Gubernur The Fed Jerome Powell.
Pernyataan mereka akan dicermati oleh pasar yang akan terus mencari petunjuk arah kebijakan ke depan, terutama dengan keterpilihan Donald Trump sebagai Presiden AS dengan sejumlah agenda kebijakan yang potensial memantik inflasi kembali bangkit.
Dari regional Asia, seperti yang diwartakan Bloomberg News, sentimen terhadap China melemah karena Investasi Asing Langsung (Foreign Direct Investment/FDI) merosot di tengah ketegangan geopolitik, persaingan dari industri dalam negeri, dan kekhawatiran atas prospek Ekonomi China.
Prospek perang dagang yang meluas dan memburuknya hubungan AS dengan Beijing selama masa jabatan kedua Presiden Terpilih Donald Trump bisa semakin membebani investasi.
‘Ketegangan geopolitik’ adalah kekhawatiran utama bagi anggota Kamar Dagang AS di Shanghai, menurut ketua kelompok tersebut, Allan Gabor.
Tim Research Phillip Sekuritas memaparkan, meskipun kemenangan Donald Trump telah menimbulkan ancaman tarif bagi China dan negara-negara berkembang lainnya, masih ada optimisme bahwa Pemerintah China akan mengumumkan langkah-langkah untuk mengimbangi dampak dari kenaikan tarif perdagangan AS.
“Langkah-langkah tersebut dapat mencakup dukungan untuk utang Pemerintah Daerah dan Belanja Konsumen,” mengutip riset harian Tim Research Phillip Sekuritas.
Analis Sebut IHSG Masih Bearish
Analis Phintraco Sekuritas juga memaparkan, kemenangan Donald Trump dalam Pemilu AS memicu kekhawatiran prospek outlook ekonomi global dengan kebijakan inward looking-nya.
“Di sisi lain, hasil FOMC dan petunjuk Powell di atas meredam tekanan jual, namun tidak ada euphoria berlebihan. Nilai tukar Rupiah masih lanjutkan penguatan ke Rp15.665/USD sampai dengan Jumat,” mengutip riset Phintraco.
Dalam risetnya, IHSG sempat catat rebound lebih dari 1% ke 7.350 di awal perdagangan Jumat (8/11). Sayangnya IHSG ditutup dengan membentuk pola inverted hammer pada level 7.287.
“Pergerakan tersebut mengindikasikan bahwa IHSG belum mampu keluar dari tekanan jual. Nampaknya pasar domestik masih perlu waktu untuk mencerna/merespon sentimen-sentimen di atas.”
Melihat hal tersebut, Phintraco memberikan rangkuman rekomendasi saham hari ini meliputi ADMR, INCO, SSIA, ICBP, PNLF, ARTO, dan EMTK.
Sementara itu, Analis BRI Danareksa Sekuritas memaparkan, belum ada perubahan signifikan pada pergerakan IHSG setelah sebelumnya mulai mendekati support 7.228.
“View kita masih sama, arah trend masih Bearish, rebound masih bersifat sementara dengan resisten 7.450. Support berikutnya di 6.998 jika penurunan kembali berlanjut,” papar BRI Danareksa Sekuritas dalam risetnya pada Senin (11/11/2024).
Bersamaan dengan risetnya, BRI Danareksa memberikan rekomendasi saham hari ini, ANTM, dan EMTK.
(fad)