Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekspor bahan bakar mineral (yang didominasi batu bara) mencapai US$ 29,06 miliar sepanjang Januari-September. Nilainya adalah 16,04% dari total ekspor non-migas Tanah Air.
Terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) bisa membawa dampak bagi industri batu bara. Jika ini terjadi, maka Indonesia akan terkena getahnya.
Pada masa pemerintahan pertamanya, Trump dikenal dengan kebijakan luar negeri yang agresif. Salah satunya adalah perang dagang dengan China, di mana AS menaikkan tarif bea masuk bagi produk-produk asal Negeri Tirai Bambu.
“Kalau ekonomi China sampai memburuk karena kebijakan perang dagang, maka Indonesia akan terkena dampaknya. Ekspor komoditas utama seperti batu bara akan terpengaruh seiring pelemahan permintaan dari China, yang merupakan mitra dagang terbesar Indonesia,” papar riset Moody’s Analytics sebagaimana dikutip dari Bloomberg News.
Namun saat ekspor batu bara ke China terkendala, Indonesia bisa memanfaatkan pasar AS dengan meningkatkan ekspor ke sana. Ketika produk made in China sulit masuk ke AS, Indonesia bisa mengisi celah itu.
“Sektor-sektor yang bisa diuntungkan adalah perangkat elektronik, furnitur, dan tekstil,” ujar Andry Asmoro, Ekonom Bank Mandiri, juga diberitakan Bloomberg News.
Namun, Moody’s mengingatkan bahwa Indonesia adalah negara yang mengandalkan ekspor komoditas. Tidak mudah untuk beralih ke produk-produk manufaktur, membutuhkan lebih banyak waktu, tenaga, dan biaya.
“Negara-negara Asia Tenggara yang diuntungkan dengan diversifikasi ini biasanya memiliki sektor manufaktur yang kuat, terutama elektronik. Indonesia lebih berbasis komoditas sehingga kurang mendapat keuntungan,” tegas riset Moody’s.
Analisis Teknikal
Lalu bagaimana dengan pembacaan harga batu bara untuk pekan ini? Apakah bisa bangkit atau malah kian terjepit?
Secara teknikal dengan perspektif mingguan (weekly time frame), batu bara sebenarnya berada di zona bullish. Tercermin dari Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 53,29. RSI di atas 50 mengindikasikan suatu aset sedang dalam posisi bullish.
Namun indikator Stochastic RSI masih berada di 36,97. Menghuni area jual (short).
Dengan koreksi yang sudah cukup dalam, harga batu bara berpeluang naik. Target resisten terdekat adalah US$ 145/ton yang menjadi Moving Average (MA) 5. Jika tertembus, maka ada harapan mengetes MA-100 di US$ 163/ton.
Adapun target support terdekat adalah US$ 141/ton. Penembusan di titik ini bisa membawa harga batu bara turun menuju US$ 136/ton.
(aji)