"Kami melihat potensi-potensi [ini] untuk membantu pemerintah Indonesia mendorong program-program yang luar biasa untuk mencapai kesejahteraan rakyat, dan juga [mencapai] target perekonomian yang tumbuh [bertahap] 8%,” ujarnya.
Potensi Kerjasama Sektor Perikanan
Adapun dalam kesempatan terpisah, Anindya bersama Hashim Djojohadikusumo juga turut menjajaki potensi kerja sama dengan salah satu perusahaan perikanan berteknologi
modern di China untuk meningkatkan ekonomi dari sektor perikanan pada Jumat (8/11/2024) waktu setempat.
Hal ini, menurutnya sejalan dengan telah ditandatanganinya Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 47 Tahun 2024 tentang Penghapusan Piutang Macet kepada UMKM bidang pertanian, perkebunan, peternakan, dan kelautan serta UMKM lainnya.
"Dalam rangka pak Prabowo telah mengampuni sebanyak 6 juta rekening bank dari nelayan dan petani, kami juga melihat apa yang bisa dilakukan oleh nelayan-nelayan Indonesia dalam melakukan ekspor lebih banyak lagi, khususnya ke China. Bersamaan dengan itu bagaimana juga kita bisa membawa begitu banyak kemampuan teknologi aset daripada vessel-vessel atau kapal-kapal penangkap ikan China guna meningkatkan hasil produksi nelayan kita," jelasnya.
Dengan demikian, ia berharap akan ada skema yang tepat sehingga dapat membantu nelayan untuk menggunakan kapalkapal penangkap ikan berteknologi modern tersebut.
Anindya mencontohkan, para nelayan dapat membayarnya dengan cara mengekspor produk-produk perikanan. "Beli kapal di China, dibayar pakai ikan."
Sehingga, dengan adanya kerja sama tersebut, maka otomatis galangan-galangan kapal atau tempat pembuatan dan perbaikan kapal di Indonesia akan bertumbuh. Jadi, walaupun di awal menggunakan produk China, akan tetapi ke depannya tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) juga dapat maju.
"Jadi mudah-mudahan itu semua akan bisa menjadi suatu hal yang membawa manfaat sebelum melanjutkan lawatan ke Amerika Serikat sampai ke Peru, Brasil, dan Inggris," pungkasnya.
(prc/dhf)