"Jadi bukan landasannya kita perusahaan yang mau bangkrut atau apa. [Dari tahun lalu] efisiensi mungkin sekitar 20% dari jumlah total karyawan kami," ujar Iwan kepada wartawan usai Komisi VII DPR Mengunjungi PT Sritex di Sukoharjo.
Sekadar catatan, Sritex secara grup mencatatkan jumlah karyawan tetap sebanyak 11.249 karyawan per akhir Maret 2024. Angka ini turun 20% dari periode sebelumya 14.138 karyawan.
Efisiensi Hingga 2025
Namun, rencana efisiensi itu bakal dilakukan secara berkala hingga 2025, sebagaimana dijelaskan perusahaan melalui laporan keuangannya.
Perseoran secara grup sudah mencatat rugi bersih untuk periode hingga 30 Juni 2024 sebesar US$25,73 juta (atau setara Rp403,12 miliar dengan asumsi kurs saat ini) dan melaporkan defisit serta defisiensi modal per 30 Juni 2024 dan 31 Desember 2023 masing-masing sebesar US$1,18 miliar (Rp18,6 triliun) dan US$1,16 miliar (Rp18,2 triliun).
Kondisi ini mengindikasikan adanya ketidakpastian yang dapat menimbulkan keraguan signifikan terhadap kemampuan grup untuk mempertahankan kelangsungan usahanya. Sebagai respons terhadap kondisi tersebut, grup telah memfokuskan upayanya untuk meningkatkan penjualan dan menerapkan efisiensi biaya produksi dengan kegiatan-kegiatan pengurangan karyawan secara berkala hingga tahun 2025.
Sebelumnya, pemerintah melalui Kemenaker menegaskan tidak ada PHK terhadap karyawan Sritex menyusul keputusan pailit terhadap perusahaan raksasa tekstil dan produk tekstil (TPT) asal Solo itu.
"Saya pastikan tak ada PHK terhadap buruh PT Sritex. Hal ini disepakati pihak manajemen yang diwakili Iwan Setiawan Lukminto sebagai owner PT Sritex," kata Noel dalam kunjungannya di lokasi pabrik Sritex, di Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, Selasa (29/10/2024)
(dov/wdh)