Fahmy menilai pendanaan melalui penerbitan surat utang (bond) adalah langkah yang lebih tepat untuk Pertamina saat ini, alih-alih mencari pinjaman bilateral melalui perbankan.
Akan tetapi, dia mewanti-wanti jika Pertamina tidak segera bermanuver untuk mendapatkan dana, pembangunan kilang baru maupun pengembangan kilang eksisting berisiko kembali tertunda.
Terlebih, menurutnya, Pertamina sudah berulang kali gagal membangun kilang, padahal dalam periode pertama pemerintahannya, Presiden Joko Widodo sudah berkali-kali mengingatkan agar perusahaan migas milik negara itu segera membangun kilang.
“Kemudian diingatkan lagi pada periode kedua Jokowi, tetapi tetap saja tidak mau membangun kilang, sehingga impor BBM makin besar. Itu kan menguras devisa,” ujarnya.
Tidak hanya itu, Fahmy menyorti bahwa kebanyakan kilang eksisting Pertamina sudah berusia tua yang beroperasi sejak dekade 1970-an, sehingga rawan kebakaran. Dengan demikian, mengamankan pendanaan untuk RDMP adalah prioritas mendesak yang harus dipikirkan Pertamina saat ini.
Kembali ke persoalan batalnya pendanaan dari Bank Eksim AS, Fahmy menilai hal tersebut semestinya tidak akan menjadi preseden buruk terhadap investasi kilang di Tanah Air.
“Saya kira tidak begitu berpengaruh ya di pasar keuangan. Kan banyak opsi yang bisa digunakan. Kalau kemudian [Pertamina] tidak dapat pinjaman dari Amerika, sesungguhnya banyak alternatif lain. Kalau mau utang, lebih tepat menerbitkan bond. Itu jauh lebih fleksibel dari pinjaman bank yang ribet. Jadi saya agak heran juga kalau Pertamina kesulitan dalam pencarian pendanaan tadi. Saya justru menilai kalau melihat track record-nya [Pertamina] selama 20 tahun ini, seperti ada keengganan untuk membangun kilang tadi. Akibatnya, impor BBM membengkak terus. Seperti itu. Mengherankan kalau Pertamina kesulitan mencari pinjaman,” tuturnya.
Sebelumnya, para direktur Bank Eksim AS dijadwalkan untuk memberikan suara pada Kamis terhadap rencana pembatalan pendanaan ke RDMP Balikpapan tersebut.
Usulan pembiayaan ke proyek kilang di Indonesia ditarik dari agenda pertemuan dewan Bank Eksim AS pada Rabu menyusul protes dari aktivis lingkungan, yang menyatakan pinjaman itu akan menjadi pengkhianatan terhadap komitmen Biden untuk memerangi perubahan iklim.
"Sebagai respons terhadap pertanyaan pemangku kepentingan baru-baru ini, proyek [pinjaman] tersebut telah dihapus dari agenda. Ini akan diadakan untuk tindakan dewan lebih lanjut sampai Bank Eksim dapat melakukan percakapan tambahan yang penting ini,” kata juru bicara Bank Ekspor-Impor AS Sean Bartlett, dilaporkan oleh Bloomberg.
Hingga saat ini, Pertamina mengeklaim belum mendapatkan pemberitahuan langsung dari Bank Eksim AS terkait dengan batalnya rencana pendanaan mereka ke RDMP Balikpapan.
"Sampai dengan saat ini, PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) belum mendapatkan pemberitahuan pembatalan pemberian pinjaman terkait dengan project financing RDMP Balikpapan senilai US$99,7 juta dari Bank Ekspor-Impor AS," kata Corsec Kilang Pertamina Internasional Hermansyah Y Nasroen saat dimintai konfirmasi, Jumat (28/4/2023) petang.
(wdh)