Wu mengatakan tarif adalah isu nomor satu bagi China, termasuk yang masih berlaku sejak pemerintahan Trump pertama. Ia mengatakan pertemuan tatap muka antara kedua pemimpin harus diatur sesegera mungkin, sebaiknya sebelum pelantikan Trump pada 20 Januari 2025.
"Kita perlu memahami apa yang ada dalam pikirannya," kata Wu, seraya menambahkan bahwa kedua pihak perlu mulai membahas masalah masing-masing.
Wu tidak menjelaskan di mana pertemuan semacam itu akan berlangsung, tetapi mengatakan jika ada kemauan untuk bertemu di kedua pihak, maka isu-isu seperti itu hanya akan menjadi "taktis."
Karena pejabat Tiongkok jarang menyimpang dari naskah resmi, komentar dari Wu — suara yang berpengaruh dalam hubungan antara ekonomi terbesar di dunia — memberikan gambaran sekilas tentang bagaimana Beijing memandang kembalinya Trump.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Mao Ning mengatakan kepada wartawan pada hari Rabu bahwa kebijakan Tiongkok terhadap AS konsisten dan akan terus ditangani "dengan prinsip saling menghormati" dan kerja sama. Satu titik terang yang potensial bagi Tiongkok adalah afiliasi Trump yang semakin berkembang dengan Elon Musk, kepala eksekutif Tesla Inc. Miliarder itu memiliki kepentingan bisnis yang luas di Tiongkok dan menyumbangkan US$130 juta untuk kampanye Trump.
Namun, Wu mengatakan Musk dan tokoh bisnis terkemuka lainnya memiliki keterbatasan dalam hal presiden terpilih.
"Trump adalah Trump," kata Wu. "Ia harus menyeimbangkan suara-suara yang berbeda di timnya."
Kemenangan Trump lebih merupakan tantangan daripada peluang, kata Wu. Itu bukan hanya karena gayanya, tetapi juga karena beberapa nama yang disebutkan untuk pemerintahannya tidak dapat dianggap sebagai "elang rasional," yang membuat negosiasi kali ini menjadi lebih sulit.
Jika perang dagang meletus, Beijing tidak punya pilihan selain menanggapi dan membalas, kata Wu.
"Saya berharap kali ini pendekatan kami akan lebih efektif," tambahnya.
(bbn)