Dalam komponen tersebut, manfaat pensiun yang dicairkan melalui PT Taspen dilaporkan sebesar Rp110,9 triliun atau tumbuh 16,1% jika dibandingkan realisasi tahun 2023 yang tercatat Rp95,5 triliun.
Selanjutnya, yang disalurkan melalui PT Asabri hingga Oktober 2024 dilaporkan sebesar Rp15,6 triliun atau tumbuh 15,3% jika dibandingkan realisasi tahun sebelumnya yang sebesar Rp13,6 triliun.
“Jadi pertumbuhannya sudah kita lihat di angka sekitar belasan persen sejak awal Januari yang lalu,” pungkas Suahasil.
Sebagai informasi, pemerintah telah menghabiskan belanja negara Rp2.556,7 triliun sampai Oktober 2024. Angka ini tercatat 76,9% dari target 2024, dan tumbuh 14,1% dibanding Oktober tahun sebelumnya (yoy).
Suahasil mengklaim salah satu komponen penopang belanja negara adalah konsumsi pemerintah yang naik sebesar 4,62% sebagai komponen produk domestik bruto (PDB). Menurut dia, hal itu karena terjadi belanja yang cukup cepat.
"Dari total belanja negara, belanja pemerintah pusat sampai 10 bulan 2024 tercatat Rp1.834,5 triliun. Angka ini 74,3% dari target, dan naik 16,7% yoy," ujar Suahasil.
Belanja pemerintah pusat terdiri dari, belanja kementerian/lembaga (K/L) Rp933,5 triliun atau 85.6% dari pagu anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN). Kemudian, belanja non-K/L Rp901 triliun, hanya 65,4 dari pagu APBN.
"Banyak bertanya bahwa menuju akhir tahun akan ada percepatan belanja atau tidak? Jawabannya: Ya dan ini sudah dilakukan," kata Suahasil.
(azr/lav)