Menurut Dafri, strategi balancing yang diterapkan Prabowo merupakan langkah yang tepat bagi Indonesia untuk tetap menjaga keseimbangan tanpa condong ke salah satu pihak. Pendekatan ini bukanlah hal baru dalam sejarah Indonesia. Ia menyinggung era Presiden Soekarno, yang meminta bantuan dari Uni Soviet setelah AS menolak mendukung pembebasan Irian Barat.
"Kita tidak boleh terlalu dekat ke Barat atau ke China, jadi politik balancing itu sudah benar. Jika kita mengadakan latihan militer dengan China dan Rusia, itu wajar karena kita juga sudah melakukan hal serupa dengan negara-negara Barat," ungkap Dafri.
Dengan strategi ini, Indonesia diharapkan mampu mempertahankan posisi sebagai negara non-blok yang berdaulat, tetap berhubungan baik dengan berbagai kekuatan besar dunia, serta mengutamakan kepentingan nasional di tengah perubahan peta politik global.
(del/roy)