Logo Bloomberg Technoz

Peta Politik LN RI usai Latihan dengan Rusia, Kunjungi China & AS

Delia Arnindita Larasati
08 November 2024 21:54

Ilustrasi Prabowo Subianto jadi presiden, sejumlah lembaga atau badan baru dibentuk. (Bloomberg)
Ilustrasi Prabowo Subianto jadi presiden, sejumlah lembaga atau badan baru dibentuk. (Bloomberg)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Empat kapal perang Rusia berlabuh di Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, Jawa Tengah, pada Senin (4/11/2024). Kehadiran kapal-kapal tersebut menandai latihan militer bersama TNI Angkatan Laut dalam Latihan Bersama (Latma) Orruda 2024, yang berlangsung hingga Jumat (8/11/2024). Di pekan yang sama, Presiden Prabowo Subianto dijadwalkan bertolak ke China untuk bertemu dengan Presiden Xi Jinping sebelum melanjutkan perjalanan ke Amerika Serikat (AS), dengan kemungkinan pertemuan dengan Donald Trump sebagai presiden terpilih.

Langkah-langkah yang diambil Indonesia dalam hubungan internasional, termasuk keterlibatannya yang semakin mendalam dengan kelompok BRICS (Brasil, Rusia, India, Tiongkok, dan Afrika Selatan), menunjukkan pendekatan yang lebih fleksibel dan tidak berpihak kepada satu blok tertentu. Pengamat kebijakan internasional dari Universitas Gadjah Mada, Dafri Agussalim, melihat kebijakan ini sebagai strategi balancing atau keseimbangan antara kekuatan besar dunia seperti AS, Rusia, dan China. Pendekatan ini diharapkan dapat menjaga kemandirian kebijakan luar negeri Indonesia.

"Menurut saya, ini agar lebih imbang. Dengan AS dekat, dengan negara-negara Timur juga dekat. Ini menunjukkan bahwa kita tidak netral, tetapi juga tidak berpihak secara penuh ke satu pihak saja," ungkap Dafri kepada Bloomberg Technoz.

Sebagai mantan jenderal dengan karakter nasionalis kuat, Prabowo sangat menekankan pentingnya keamanan dalam negeri. Meski pada kampanye 2014 ia bersikap keras terhadap China, terutama terkait konflik di perairan Natuna, dalam beberapa waktu terakhir pendekatannya terlihat lebih pragmatis. Prabowo bahkan memilih mengunjungi China terlebih dahulu sebelum AS, langkah yang mencerminkan fleksibilitas dalam menyesuaikan arah kebijakan luar negeri dengan perubahan politik global.

“Ada pergeseran perspektif dari Pak Prabowo. Mungkin erat kaitannya dengan politik global akhir-akhir ini di mana AS bertentangan dengan sikap luar negeri kita seperti dalam isu Palestina. AS bersikukuh mendukung Israel, sementara kita konsisten mendukung kemerdekaan Palestina," jelas Dafri.