Sementara penerimaan dari bea keluar hingga Oktober 2024 tercatat sebesar Rp14,2 triliun atau meroket 46,8% (yoy), angka tersebut setara dengan 80,9% dari target APBN 2024.
Anggito menjelaskan, meroketnya penerimaan dea keluar dipengaruhi oleh bea keluar tembaga yang tumbuh 173% (yoy) dan menyumbangkan 70% dari total besaran penerimaan bea keluar.
“Ini kebijakan relaksasi produk ekspor tembaga,” ucap Anggito.
Sementara itu, bea keluar produk sawit tercatat turun 30,6%, akibat penurunan rata-rata harga produk sawit sebesar 1,95% (yoy), dan volume ekspor juga menurun sebesar 16,13% (yoy).
Terakhir, Anggito menyampaikan setoran dari cukai hingga Oktober 2024 sebesar Rp174,4 triliun, atau tumbuh 2,7% (yoy) dan setara dengan 70,9% dari target APBN 2024.
Setoran cukai tersebut dipengaruhi oleh setoran cukai hasil tembakau (CHT) yang tercatat sebesar Rp167 triliun dan tumbuh 2,3%. Pertumbuhan tersebut dipengaruhi oleh kenaikan produksi CHT golongan II dan III.
Selanjutnya, cukai Minuman Mengandung Etil Alkohol (MMEA) tercatat sebesar Rp7,1 triliun atau tumbuh 13,3% (yoy), yang didorong oleh kenaikan tarif meskipun produksi MMEA menurun.
Sedangkan cukai etil alkohol (EA) tercatat sebesar Rp117,5 miliar atau tumbuh 16,9% sejalan dengan kenaikan produksi.
“Cukai juga menunjukkan peningkatan penerimaan. Cukai tumbuh 3%, cukai hasil tembakau 2,3% karena produksi, cukai MMEA tumbuh 13,3%,” ujar dia.
(azr/lav)