Logo Bloomberg Technoz

Terutama won Korsel yang melemah 0,50%. Lalu dolar Taiwan 0,49%, baht 0,48% yuan offshore 0,45%, yuan Tiongkok 0,37%. 

Rupee India juga tergerus minggu ini 0,35%, peso dan ringgit masing-masing juga menurun nilainya 0,27% dan 0,05%.

Sepekan terakhir, rupiah sempat menyentuh level terlemah di Rp15.860/US$ tertekan efek 'Trump Trade' yang melambungkan pamor dolar AS di seluruh dunia, pasca Donald Trump memenangkan Pilpres pada Selasa lalu.

Akan tetapi, dampak 'Trump Trade' ke pasar domestik tak bertahan lama setelah hasil FOMC Federal Reserve diumumkan dini hari tadi yang memberikan kelegaan pada pasar, meski mungkin untuk sementara.

Pasar saham dan surat utang domestik rebound hari ini. IHSG ditutup lebih kuat meski secara mingguan indeks saham dalam negeri tergerus 2,91% dengan nilai dana asing yang keluar sedikitnya Rp2 triliun.

Sementara di pasar surat utang negara, hari Jumat ini harga SBN bangkit sehingga yield bergerak lebih rendah. Tenor 5Y misalnya, imbal hasilnya turun 10,8 bps kembali ke level 6,58% pada sesi sore. 

Begitu juga tenor 10Y yang terpangkas 2,6 bps jadi 6,72%. Sedang tenor 15Y turun 7,4 bps jadi 6,88%. Adapun tenor pendek 1Y turun 2,3 bps hari ini.

Meski hari ini rebound, sebulan terakhir mayoritas SBN masih mencatat koreksi harga terutama untuk tenor pendek. INDOGB-2Y misalnya yield-nya naik 15,4 bps dalam sebulan. Begitu juga tenor 7Y yang bahkan melompat 21,7 bps sebulan terakhir.

Setelah mengakhiri pekan dramatis dengan manis, pekan depan pasar domestik perlu bersiap menghadapi volatilitas lagi menjelang rilis data inflasi AS yang akan memberi petunjuk lanjutan prospek bunga acuan The Fed.

Selain itu, sentimen seputar arah kebijakan Trump ketika kelak resmi dilantik dan memerintah mulai Januari 2025, juga akan dicermati pasar yang didorong untuk menghitung ulang harga aset karena apa yang terjadi di AS akan berdampak luas ke perdagangan global. 

(rui)

No more pages