Logo Bloomberg Technoz

Nasib Insentif GSP AS Buat RI Saat Trump Kembali ke Gedung Putih

Dovana Hasiana
08 November 2024 13:50

Kapal kontainer meninggalkan Pelabuhan Newark di Elizabeth, New Jersey, AS (Bloomberg)
Kapal kontainer meninggalkan Pelabuhan Newark di Elizabeth, New Jersey, AS (Bloomberg)

Bloomberg Technoz, Jakarta – Fasilitas generalized system of preferences (GSP), atau stimulus perdagangan yang diberikan Amerika Serikat (AS) berupa pembebasan bea masuk, kepada Indonesia dinilai rawan dicabut usai kemenangan Donald Trump pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.

Ekonom sekaligus Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan hal tersebut bisa terjadi karena dua hal.

Pertama, status Indonesia sudah berubah menjadi negara berpendapatan menengah ke atas atau upper-middle income country. Status ini membuat posisi Indonesia sebagai penerima GSP rentan untuk dicabut karena sudah dianggap bukan negara miskin atau menengah ke bawah.

"Sehingga fasilitas tarif yang selama ini dinikmati bisa saja dicabut," ujar Bhima kepada Bloomberg Technoz, Jumat (8/11/2024). 

Donald Trump tiba untuk acara kampanye di Lititz, Pennsylvania, Minggu (3/11/2024). (Bloomberg)

Kedua, kemenangan Trump berpotensi mengedepankan kebijakan proteksionisme dalam pemerintahan AS ke depan. Dengan demikian, AS kemungkinan besar akan mengidentifikasi produk dalam negeri, seperti produk tekstil dan pakaian jadi, yang bisa digunakan sebagai pengganti produk yang biasa diimpor dari Indonesia.