Trump mengatakan kepada NBC News bahwa Putin belum menjadi salah satu pemimpin dunia yang dia ajak bicara sejak memenangkan pemilu, meskipun “Menurut saya kami akan berbicara.” Dia mengatakan telah berbicara dengan Zelenskiy tetapi menolak untuk memberikan rincian tentang percakapan tersebut.
Para pejabat Rusia menunjukkan respons beragam antara kegembiraan yang tertahan dan kekhawatiran atas prospek masa jabatan empat tahun baru bagi Trump, yang berjanji mengakhiri perang di Ukraina dalam waktu 24 jam dan tampak kurang antusias untuk melanjutkan bantuan AS ke Kyiv. Meskipun Trump sempat menunjukkan niat baik kepada Putin pada masa jabatan pertamanya setelah pemilu 2016, pemerintahannya juga memberlakukan sanksi berat, termasuk pada produsen aluminium Rusal dan proyek pipa Nord Stream 2, serta mengusir puluhan diplomat Rusia.
"Banyak orang yang dekat dengan kekuasaan di Moskow yang memahami kebijakan AS khawatir dengan kemenangan Trump," kata Tatiana Stanovaya, pendiri konsultan R.Politik dan peneliti senior di Carnegie Russia Eurasia Center. "Anda bisa membuka sebotol anggur, berdansa dengan gembira, lalu merasakan mabuk yang mengerikan."
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov pada Kamis mengatakan dia tidak bisa mengesampingkan kemungkinan Trump dan Putin berbicara sebelum pelantikan presiden AS, seperti dilaporkan kantor berita milik negara Tass.
Trump tidak dapat diprediksi, kata beberapa taipan komoditas dan pejabat dari perusahaan pemerintah dan bisnis milik negara. Tak satu pun dari mereka mengharapkan adanya pelonggaran sanksi, bahkan dalam kemungkinan kecil jika perang berhenti menjadi konflik yang membeku.
Beberapa pihak melihat dampak tidak langsung dari hasil pemilu Selasa (05/11/2024). Miliarder yang dikenai sanksi, Oleg Deripaska, memprediksi kemenangan Trump akan menyebabkan harga minyak turun, mengisyaratkan bahwa hal ini akan mengurangi dana untuk perang. "Minyak akan berada di angka US$50 pada Mei, damai akan ada di mana-mana, sepertinya," tulisnya di Telegram.
Trump tidak akan benar-benar memahami situasi yang dihadapinya, kata Thomas Graham, mantan pejabat tinggi kebijakan Rusia di Gedung Putih yang kini berada di Council on Foreign Relations di New York, sebelum pemilu.
"Trump memiliki visi besar tentang dirinya sebagai pembawa perdamaian, tetapi tidak ada yang menunjukkan bahwa dia telah mempertimbangkan detail spesifiknya," ujarnya.
(bbn)