Adapun, fasilitas PMR milik Freeport Indonesia memiliki kapasitas pemurnian sekitar 50 ton emas dan 200 ton perak per tahun serta platinum group metals yaitu 30 kg platinum dan 375 kg paladium.
Dengan demikian, Tony memastikan semua lumpur anoda yang dihasilkan bakal dimurnikan di fasilitas PMR.
"Tidak [diekspor], semua akan dimurnikan di PMR, itu kira-kira sekitar 3.000 ton lumpur anoda per tahunnya," ujarnya.
Sekadar catatan, kebakaran terjadi di fasilitas pemisahan gas bersih atau gas cleaning plant di smelter katoda tembaga milik Freeport Indonesia di JIIPE pada Senin (14/10/2024).
Dalam kesempatan tersebut Freeport Indonesia dan PT Aneka Tambang (Persero) Tbk (ANTM) atau Antam Nico Canter juga menandatangani perjanjian jual beli emas dengan kadar kemurnian 99,99%.
Dalam perjanjian bisnis ini, Antam akan membeli sebanyak 30 ton emas dengan kemurnian 99.99% dari Freeport Indonesia. Bahan baku emas dari Freeport Indonesia kemudian akan diolah ANTAM di pabrik pengolahan dan pemurnian logam mulia untuk menjadi produk logam mulia ANTAM.
"[Sebanyak] 30 ton diserap Antam, kalau Antam butuh lebih, kami juga siap lebih dari 30 ton, dan kontraknya tahap ini lima tahun. Kalau dihitung dari jumlahnya, nilainya sekitar US$12,5 miliar, tergantung nilai harga emas, atau Rp200 triliun," ujarnya.
Direktur Utama MIND ID Hendi Prio Santoso mengatakan selama ini Antam harus melakukan impor bahan baku emas berupa ingot dengan jumlah ratusan triliun, sebelum Freeport Indonesia memiliki smelter katoda tembaga di Manyar dan fasilitas PMR.
"Antam biasanya mengimpor bahan baku emas berupa ingot dalam jumlah yang fenomenal, angka ratusan triliun. Namun insyallah ke depan dengan penandatanganan sinergi ini, Indonesia akan hemat devisa karena tidak lagi importasi bahan baku," ujarnya.
(dov/wdh)