Sebelumnya, Pelaksana tugas (Plt) Chief Executive Officer (CEO) maskapai penerbangan Lion Air Wamildan Tsani Panjaitan dikabarkan masuk dalam daftar kandidat dirut baru Garuda, menurut orang-orang yang mengetahui hal tersebut sebagaimana dilansir oleh Bloomberg.
Emiten maskapai pelat merah itu saat ini tengah berencana untuk merombak jajaran manajemen kuncinya sebagai bagian dari upaya pemerintah yang baru dalam meningkatkan profitabilitas maskapai dan mendukung ekspansi.
Selain Wamildan, Prasetyo, yang saat ini menjabat sebagai Direktur Keuangan Garuda juga menjadi pertimbangan kandidat lainnya untuk menggantikan Irfan Setiaputra, kata salah seorang yang mengetahui masalah tersebut.
Perwakilan Lion Air, yang sebelumnya dikenal sebagai PT Lion Mentari Airlines, menolak berkomentar. Seorang pejabat di Garuda mengatakan penunjukan anggota dewan adalah "hak prerogatif Kementerian BUMN" dan maskapai itu tidak memberikan komentar tambahan.
Melalui Surat Nomor: SR-463/MBU/09/2024 tanggal 24 September 2024, pemerintah melalui Kementerian BUMN sendiri, sebagai pemegang saham seri A Dwiwarna, telah mengusulkan GIAA untuk melaksanakan rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB).
Dalam keterbukaan informasi perseroan, RUPSLB tersebut rencananya akan dilakukan pada Jumat (15/11/2024), dengan pembahasan satu mata agenda, yakni perubahan pengurus perseroan.
Sementara itu, Presiden Prabowo Subianto telah berupaya meningkatkan profitabilitas maskapai nasional tersebut.
Hal itu termasuk menambah lebih banyak penerbangan internasional melalui perluasan armada, yang menurut sumber yang dekat dengan pemerintah akan ditingkatkan menjadi lebih dari 150 pesawat. Perusahaan tersebut saat ini memiliki sekitar 100 pesawat, termasuk pesawat di bawah unit berbiaya rendahnya, Citilink.
Maskapai penerbangan berusia 74 tahun ini merupakan penyedia lapangan kerja utama dan moda transportasi utama bagi negara yang terdiri dari 17.000 pulau di wilayah yang membentang dari New York hingga London.
Pemerintah Indonesia merupakan pemegang saham mayoritas, yang berarti DPR perlu menyetujui setiap perubahan perusahaan yang signifikan
Meskipun restrukturisasi utang hampir US$10 miliar pada tahun 2022 yang mengakibatkan armadanya menyusut dari sekitar 210 pesawat, Garuda masih berjuang untuk menghasilkan laba di tengah meningkatnya persaingan yang ketat.
Hingga akhir September 2024, GIAA sendiri masih membukukan kerugian bersih sebesar US$131,22 juta atau setara sekitar Rp2,06 triliun. Angka ini membengkak 81,29% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
(dov/wdh)