Secara teknikal dengan perspektif harian (daily time frame), menghuni zona bullish. Tercermin dari Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 50,39.
RSI di atas 50 menandakan suatu aset sedang dalam posisi bullish. Namun RSI emas hanya tipis di atas 50 yang berarti cenderung netral.
Sedangkan indikator Stochastic RSI berada di 21,49. Menempati area jual (short).
Sejatinya harga emas masih punya kesempatan bangkit. Target resisten terdekat adalah US$ 2.709/troy ons yang menjadi Moving Average (MA) 5. Jika tertembus, maka MA-20 di US$ 2.720/troy ons bisa menjadi target berikutnya.
Adapun target support terdekat adalah US$ 2.644/troy ons, yang adalah MA-50. Penembusan di titik ini berisiko membuat harga emas turun lagi menuju US$ 2.625/troy ons.
Pasar Saham Bergairah
Koreksi harga emas terjadi akibat investor sedang fokus berburu aset-aset berisiko. Emas yang berstatus aset aman (safe haven) tidak termasuk di antaranya.
Pelaku pasar terlihat sedang aktif di pasar saham. Di Asia, indeks saham utama menapaki jalur hijau.
Indeks Nikkei 225 (Jepang), Shanghai Composite (China), IHSG (Indonesia), Weighted Index (Taiwan), SETI (Thailand), KLCI (Malaysia), Straits Times (Singapura), dan Hang Seng (Hong Kong) menguat masing-masing 0,25%, 0,24%, 1,28%, 0,82%, 0,36%, 0,07%, 1,44%, dan 0,12%.
Setelah bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve menurunkan suku bunga acuan, kini perhatian pasar beralih ke China. Mengutip Bloomberg News, parlemen China diperkirakan bakal menyetujui proposal stimulus fiskal pemerintah yang bernilai triliunan yuan.
“Dukungan itu sepertinya akan termasuk mengatasi masalah utang pemerintah dan meningkatkan belanja konsumen,” ujar Michelle Lam, Ekonom Societe Generale.
(aji)