Sementara itu, pertumbuhan industri besi baja Indonesia berkembang sangat pesat selama lima tahun terakhir (2018—2022). Hal ini terlihat dari angka ekspor pada 2022 sebesar US$27,82 miliar dari US$5,60 miliar pada 2018. Terdapat kenaikan 476% selama lima tahun terakhir.
Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan mengatakan, dari sisi struktur produk ekspor Indonesia sepanjang 2022, ekspor besi baja berkontribusi sebesar US$27,82 miliar atau menjadi penyumbang ekspor ke-3 terbesar dengan pangsa 9,5% dari total ekspor 2022, termasuk dari KRAS.
“Secara bertahap, ekspor Indonesia berubah komposisinya. Hasil baja sudah mencapai peringkat 3 ekspor unggulan Indonesia setelah batu bara dan minyak sawit. Pelaku industri baja adalah pahlawannya,” kata Zulkifli.
Dia menambahkan pemerintah terus mendukung upaya penghiliran di sektor besi dan baja, sejalan dengan visi untuk menjadikan Indonesia negara maju pada 2045.
“Oleh karena itu, upaya-upaya penghiliran yang menghasilkan produk bernilai tambah perlu menjadi prioritas pemerintah. Untuk menjadi negara maju, tidak ada pilihan. Produk-produk kita harus menyerbu pasar dunia, sekarang giliran kita,” ujarnya.
Selain itu, Zulkifli mengatakan, Kemendag terus mengupayakan pembukaan pasar baru ke pasar-pasar nontradisional untuk produk besi baja. Salah satunya melalui persetujuan perdagangan bebas (FTA), preferential trade agreement, atau persetujuan kemitraan ekonomi komprehensif (CEPA) sebagai jalan tol bagi ekspor Indonesia ke mitra dagang.
(wdh)