"Makanya kalau sehat [kita bisa optimis targetkan] dividen sampai Rp90 triliun. Berarti sehat. Kalau nggak sehat nggak mungkin," ujarnya.
"Nah, disitulah kenapa kalau kita bicara Danantara nggak perlu negatif thinking. Karena itu proses yang memang kita sedang dorong."
Adapun dalam operasionalnya, Danantara akan dibentuk menjadi Danantara Indonesia Sovereign Fund, yang akan mengkonsolidasikan aset BUMN dan milik Indonesia Investment Authority atau INA.
Berdasarkan dokumen yang beredar, Danantara akan mengkonsolidasikan sebanyak tujuh aset BUMN sebagai tahap awal.
Ketujuh BUMN itu adalah, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), Perusahaan Listrik Negara (PLN), Pertamina, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBNI), PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM), dan PT Mineral Industri Indonesia (MIND ID).
Jika hal tersebut terlaksana, Danantara akan memiliki total pengelolaan aset atau asset under management (AUM) mencapai US$600 miliar atau setara sekitar Rp9.480 triliun di permulaan kemunculannya.
"Ini yang masih jadi kajian. Apakah ada peraturan pemerintahnya atau Undang-undangnya? Itu biar yang ahlinya. Kalau kami di BUMN, senang. Artinya apa? Kinerja kita yang selama ini diapresiasi, di mana tujuh BUMN besar ini dinyatakan sehat," tutup Erick.
(wep)