Secara teknikal nilai rupiah telah menembus resistance di Rp15.650/US$ sampai dengan Rp15.600/US$.
Apabila break resistance lagi, rupiah berpotensi menguat lanjutan dengan menuju level Rp15.550/US$ sampai dengan Rp15.500/US$ sebagai resistance paling potensialnya mendekati MA-50.
Dini hari tadi, Federal Reserve memutuskan pemangkasan bunga acuan sebesar 25 bps sesuai ekspektasi pasar. Gubernur Federal Reserve Jerome Powell dalam taklimat media menyatakan ketegasan posisinya sebagai pimpinan bank sentral yang akan tidak akan goyah dengan tekanan politik, memberikan kelegaan pada pasar bahwa independensi The Fed akan terjaga.
Powell bilang ia akan bertahan di kursinya meski diminta mundur oleh Donald Trump yang memenangkan Gedung Putih dalam Pilpres 5 November lalu.
Dalam jumpa pers usai pertemuan The Fed, seorang reporter bertanya kepada Powell mengenai saran dari beberapa penasihat Trump yang memintanya mengundurkan diri. Reporter tersebut kemudian bertanya apakah Powell akan mundur jika Trump memintanya. Powell menjawab singkat, “Tidak.
Keputusan The Fed itu melegakan pasar dan untuk sementara sepertinya memberikan 'kepastian' bahwa lajur penurunan bunga acuan ke depan masih sesuai dengan harapan para pelaku pasar. Itu berarti kabar baik bagi aset-aset di emerging market yang dalam beberapa hari ini tertekan hebat oleh sentimen 'Trump Trade'.
Perhatian pelaku pasar setelah ini akan bergeser ke rilis data inflasi Indeks Harga Konsumen (CPI) dan Indeks Harga Produsen (PPI) yang dijadwalkan pekan depan. Data itu akan menentukan apakah The Fed akan memangkas bunga acuan lagi pada Januari atau tidak, menurut analis Mega Capital Sekuritas.
Konsensus inflasi headline dan core CPI Oktober adalah 0,20% dan 0,30% dalam perhitungan bulanan (MoM). "Menurut kami, dampak kebijakan pemotongan pajak Trump 2.0 baru akan terasa mulai 2026 karena kebijakan stimulus pajak Trump periode pertama (Tax Cuts and Jobs Act/TCJA) masih berjalan dan berakhir Desember 2025 dengan sebagian efek stimulus pajak korporasi berakhir Desember 2028," kata Lionel Priyadi dan Nanda Rahmawati, dari Mega Capital Sekuritas dalam catatan pagi ini ini.
(rui)