Logo Bloomberg Technoz

Pakistan telah membayar sekitar US$ 15 miliar utang dari total sebesar US$ 23 miliar, yang jatuh tempo pada akhir Juni 2022. Dari sisa utang sebanyak US$ 8 miliar, sebesar US$ 3 miliar akan di-rollover.

Posisi cadangan devisa Pakistan mencapai US$ 4,6 miliar pada 13 Januari lalu, setara dengan tak sampai satu bulan impor. Di saat yang sama, sebanyak 6.000 kontainer berisi makanan, bahan mentah dan peralatan medis, tertahan di pelabuhan, melejitkan inflasi yang sudah di atas 20% sejak Juni 2022. Harga ayam, telur dan tepung di negeri ini terus melesat naik kendati di pasar global, harga komoditas tersebut sudah mulai melandai.

Seiring kebijakan pemerintah Pakistan membatasi impor, perbankan lokal telah menolak menerbitkan Letter of Credit (LoC), ini akhirnya membuat banyak bisnis berisiko tutup.

Pakistan (Dok. Bloomberg)

Menurut Fahad Rauf, Head of Research Ismail Iqbal Securities, memprediksi, angka inflasi Pakistan terus naik menembus 26,6% pada Januari 2023 akibat gangguan pasokan. Perkiraan tersebut melampaui prakiraan inflasi oleh bank sentral yang ada di kisaran 21-23% yang direvisi naik pada November 2022. Angka inflasi itu semakin mendekati rekor inflasi Pakistan sebesar 27,5%, Agustus lalu, inflasi tertinggi dalam empat dekade. 

“Angka inflasi inti Pakistan masih konsisten naik dalam 10 bulan terakhir dan kita tengah menghadapi banyak tantangan di sisi eksternal,” kata Ahmad. 

Di tengah situasi seperti itu, bank sentral Pakistan berusaha untuk memberi sinyal yang tepat pada pasar. “Kami tidak mau memberikan sinyal pada pasar bahwa semuanya baik-baik saja lalu menahan suku bunga atau memikirkan tentang pembalikan kebijakan,” jelas Ahmad.

(rui)

No more pages