Sejumlah saham sektor barang baku yang menjadi pendorong pelemahan IHSG ialah, PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) yang jatuh 11,5%, saham PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) ambles 9,55% terutama saham PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) drop 5,44%.
Senada, saham keuangan juga ambles dan jadi pemberat, PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI) drop 4,69%, PT Bank Bumi Arta Tbk (BNBA) melemah 3,58%. Saham PT Bank BTPN Syariah Tbk (BTPS) tertekan 2,86%.
Bank Indonesia (BI) melaporkan Cadangan Devisa Indonesia per Oktober bernilai US$ 151,2 miliar. Bertambah US$ 1,3 miliar dibandingkan bulan sebelumnya. Pencapaian tersebut meningkat 0,87% dari bulan sebelumnya yang mencapai US$ 149,9 miliar.
Cadangan Devisa di posisi US$ 151,2 miliar juga merupakan rekor tertinggi sepanjang sejarah Indonesia merdeka.
“Kenaikan posisi Cadangan Devisa tersebut antara lain bersumber dari penerimaan pajak dan jasa serta penarikan pinjaman luar negeri pemerintah. Posisi Cadangan Devisa pada Oktober 2024 setara dengan pembiayaan 6,6 bulan impor atau 6,4 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor,” sebut laporan BI.
Ke depan, lanjut keterangan BI, Cadangan Devisa memadai untuk mendukung ketahanan sektor eksternal. Prospek ekspor yang tetap positif serta neraca transaksi modal dan finansial yang diprakirakan tetap mencatatkan surplus, sejalan persepsi positif investor terhadap prospek perekonomian nasional dan imbal hasil investasi yang menarik, mendukung tetap terjaganya ketahanan eksternal.
Kinerja Bursa Asia di penutupan perdagangan hari ini bergerak menguat. Indeks Shanghai menguat 2,57%, indeks Hang Seng Hong Kong melesat 2,02%, indeks Strait Times Singapore terangkat 1,96%, indeks Kospi menghijau 0,04%, dan indeks Nikkei 225 terdepresiasi 0,25%.
Di tengah-tengah sentimen Cadangan Devisa RI, kemenangan Donald Trump di Pilpres AS atas pesaingnya, Kamala Harris menjadi sorotan utama hingga mempengaruhi pasar keuangan global kemarin dan ke depan.
Kemenangan Trump menjadi Presiden Amerika Serikat ke-47 akan diikuti oleh sejumlah kebijakan yang potensial mengubah wajah perekonomian Amerika Serikat, negara dengan ekonomi terbesar di dunia.
Praktisi pasar modal Bernad Mahardika Sandjojo menilai kemenangan Donald Trump menjadi risiko pemberat bagi pertumbuhan ekonomi negara berkembang atau emerging market, seperti Indonesia yang berdampak pada laju IHSG.
Hal itu disebabkan lantaran kebijakan ekonomi yang diusung Trump berpotensi memicu peningkatan intensitas perang dagang dengan China.
“Ini adalah Pilpres Amerika yang paling berpengaruh terhadap market Indonesia. Karena banyak kebijakan-kebijakan dari Presiden terpilih yang berhubungan langsung dengan emerging market, terutama Indonesia,” ujar Bernad dalam unggahan di laman Instagram pribadinya, Kamis (7/11/2024)
Bernad menambahkan, hal itu juga akan membawa dampak negatif terhadap laju IHSG, yang sebelumnya juga sudah tercermin usai Trump dipastikan unggul dari lawannya, Kamala Harris pada Selasa kemarin hingga Rabu pagi.
“Memang secara tidak secara langsung, kebijakan-kebijakan Trump ini tidak akan menguntungkan Indonesia sebagai emerging country. Karena apa? pertama AS akan menetapkan politik dumping, dia akan perang tarif,” terang Bernad.
Mengutip riset Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Trump mewacanakan sejumlah kebijakan proteksionis yang lebih berfokus pada perkembangan ekonomi dalam negerinya tersendiri, antara lain: 1) menurunkan pajak korporasi menjadi 15% (dibandingkan sebelumnya 21%); dan 2) menetapkan bea impor sebesar 10–20% atas seluruh barang impor, sementara khusus untuk China sebesar 60%.
“Kami melihat kebijakan proteksionis dari Trump berpotensi memperkuat dolar AS serta dapat berdampak negatif terhadap IHSG karena memicu outflow dari investor asing, khususnya terhadap perusahaan yang memiliki eksposur (utang/impor) besar dalam dolar AS,” papar Mirae.
(fad/wep)