Logo Bloomberg Technoz

Namun, jika ada kebijakan insentif khusus bagi negara yang bukan target utama kebijakan AS seperti China, maka Indonesia sebagai penerima Generalized System of Preferences (GSP) bisa memanfaatkan kesempatan tersebut dengan melakukan lobi perdagangan yang spesifik. 

Sekadar catatan, GSP merupakan fasilitas perdagangan berupa pembebasan tarif bea masuk yang diberikan secara unilateral oleh AS kepada negara-negara berkembang di dunia sejak 1974.

Terlebih, AS bukan merupakan produsen mebel dan kerajinan yang kuat, sehingga pasti memerlukan pasokan yang optimal dari negara yang menjadi sekutu atau memiliki hubungan khusus.

"Idealnya Indonesia sudah memiliki perjanjian perdagangan bebas atau free trade agreement [FTA] ke AS seperti Vietnam dan Malaysia diuntungkan dengan adanya perjanjian bilateral yang kuat," ujarnya. 

Ekspor mebel/furnitur negara-negara Asean./dok. HIMKI

Peluang RI

Kedua, Indonesia bisa mengambil peluang untuk lebih agresif dalam mengisi pasar yang ditinggalkan produk-produk China di AS akibat perang dagang yang diproyeksikan bakal kembali terjadi saat Trump memimpin.

"Namun, ini memerlukan pendekatan strategis seperti menjaga kualitas dan branding produk agar dapat bersaing dengan produk negara lain yang juga ingin mengambil alih pangsa pasar ini, seperti Vietnam dan Meksiko sudah menjadi yang terdepan bahkan Kanada," ujarnya.

Negara-negara eksportir mebel/furnitur terbesar di dunia./dok. HIMKI

Ekonom sekaligus pakar kebijakan publik UPN Veteran Jakarta Achmad Nur Hidayat mengatakan, secara umum, hubungan perdagangan Indonesia-AS kemungkinan menghadapi tantangan lebih besar jika Trump menjadi Presiden AS.

Trump dikenal dengan kebijakan proteksionisnya yang fokus melindungi industri dalam negeri AS melalui tarif tinggi dan hambatan dagang lainnya.

Hal ini berpotensi mengurangi daya saing produk Indonesia di pasar AS, serta menurunkan akses ekspor ke sektor-sektor utama seperti tekstil dan alas kaki. Achmad menambahkan, kebijakan Trump yang lebih protektif dapat memaksa industri Indonesia untuk mencari pasar alternatif.

“Selain itu, ketidakpastian dalam kebijakan perdagangan yang mungkin muncul dapat memengaruhi rencana ekspansi atau investasi dari pelaku industri manufaktur di Indonesia yang selama ini menargetkan pasar AS,” tegasnya. 

-- Dengan asistensi Pramesti Regita Cindy

(dov/wdh)

No more pages