Logo Bloomberg Technoz

Prekursor Tesla

Dalam kaitan itu, Bhima memproyeksikan rencana RI mengekspor prekursor ke Tesla—yang bahan utamanya adalah nikel sulfat kelas baterai, di mana produk itu dihasilkan dari nickel matte yang berasal dari Indonesia — juga bakal ditunda karena situasi politik di AS sangat memengaruhi prospek permintaan produk olahan nikel.

Adapun, wacana ekspor itu sebelumnya disampaikan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia.

Bahlil mengatakan pabrik prekursor baterai dari PT Huayou Indonesia sudah hampir selesai dan peresmian dijadwalkan pada November atau paling lambat Desember 2024. Dengan demikian, Indonesia bisa melakukan ekspor prekursor baterai untuk pabrikan EV milik Elon Musk, yakni Tesla.

"Sudah mau hampir selesai, mungkin bulan depan ini peresmian pabriknya Huayou. Insyallah November ini, paling lama Desember," ujar Bahlil saat ditemui di kantornya, Jumat (1/11/2024).

Smelter nikel./Bloomberg- Cole Burston

Bhima menggarisbawahi selama ini Indonesia tengah gencar dalam melakukan hilirisasi melalui perizinan pembangunan pabrik pemurnian atau smelter nikel dalam negeri.

Walhasil, Indonesia dinilai harus bergegas mencari pasar lain untuk menyerap produk olahan nikel dalam negeri selain dari China dan AS, salah satunya negara-negara di Eropa yang juga gencar dalam mengembangkan EV.

Kementerian ESDM melaporkan Indonesia bakal memiliki 190 smelter nikel, meskipun belum menjelaskan kapan semua fasilitas tersebut bakal beroperasi.

Direktur Pembinaan Program Mineral dan Batu Bara Kementerian ESDM Julian Ambassadur Shiddiq mengatakan 190 smelter nikel itu terdiri dari 54 smelter yang sudah beroperasi, 120 smelter yang sedang tahap konstruksi, dan 16 dalam tahap perencanaan.

Dari 190 smelter tersebut, Julian mengatakan hanya 8 atau 9 smelter yang memiliki teknologi berbasis high pressure acid leach (HPAL) dan sisanya berbasis rotary kiln-electric furnace (RKEF).

“Sebanyak 190 itu total 54 yang sudah beroperasi, 120 yang sedang konstruksi, 16 dalam tahap perencanaan, itu berdasarkan data Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM),” ujar Julian saat ditemui di Jakarta Barat, Jumat (25/10/2024).

Untuk diketahui, smelter RKEF menghasilkan feronikel sebagai bahan baku komoditas besi dan baja nirkarat. Smelter nikel RKEF membutuhkan bijih nikel kadar tinggi (saprolit) sebagai bahan bakunya.

Sebaliknya, untuk keperluan produksi baterai kendaraan listrik, jenis yang dibutuhkan adalah nikel kadar rendah (limonit) yang diproses lewat smelter berteknologi HPAL atau berbasis hidrometalurgi.  

(dov/wdh)

No more pages