Rupiah spot pada pukul 09:57 WIB menjadi mata uang Asia dengan penguatan terbesar, mencapai 0,48% dan kini bergerak di kisaran Rp15.755/US$. Penguatan rupiah diikuti oleh won Korsel yang naik nilainya 0,35%.
Lalu dolar Singapura 0,16%, yen 0,14%, yuan offshore 0,15% dan dolar Hong Kong 0,02%.
Sementara baht masih tertekan 0,55%, ringgit melemah 0,24%, peso 0,17% dan dolar Taiwan 0,16% serta yuan Tiongkok 0,05%.
Penguatan rupiah berlangsung ketika harga saham dan surat utang di pasar domestik masih tertekan. IHSG melemah 1,02% dan yield Surat Berharga Negara (SBN) mayoritas masih melanjutkan kenaikan di mana yield INDOGB-5Y sudah di 6,83% dan 10Y di 6,78%.
Ada dugaan, dana asing mulai masuk ke Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) yang bertenor pendek dengan yield sudah sedikit di atas 7%.
Selain itu, laporan posisi cadangan devisa RI yang kembali naik pada Oktober ketika rupiah sempat tergerus 3,7% bulan lalu, juga memberi optimisme pasar. Cadangan devisa RI mencetak rekor baru di US$ 151,2 miliar, tertinggi sepanjang masa.
Kini, perhatian pelaku pasar akan beralih pada keputusan The Fed yang akan diumumkan pada Kamis siang waktu setempat atau Jumat dini hari waktu Indonesia. Bank sentral juga akan memantau secara lekat dinamika pasar yang menyertainya berikut efek ke pasar domestik.
"BI akan terus melalukan berbagai upaya stabilisasi apabila terdapat peningkatan volatilitas rupiah antara lain melalui triple intervention," jelas Fitra.
Triple intervention yakni mengguyur intervensi di pasar spot valas, pasar forward rupiah domestik (DNDF) juga intervensi di pasar Surat Berharga Negara (SBN).
Sebelumnya, Gubernur BI Perry Warjiyo menyatakan, bank sentral akan berkoordinasi dengan Pemerintah RI dan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) untuk memitigasi dampak rambatan dari hasil Pilpres AS.
“Ini yang kemudian kita harus respons secara hati-hati, Bank Indonesia untuk itu terus menyampaikan komitmen kami menjaga stabilitas dan turun dukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, bersinergi erat dengan pemerintah dan KSSK,” kata Perry di hadapan Komisi XI DPR-RI pada Rabu siang.
(rui)