Belajar dari Pengalaman
Di lain sisi, Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menggarisbawahi Indonesia juga perlu belajar dari pengalaman perang dagang antara AS dan China saat Trump menjabat sebagai Presiden Ke-45 AS pada 2017—2021.
Saat itu, Indonesia tidak mendapatkan relokasi industri dari perusahaan AS atau China untuk pindah ke Indonesia karena perang dagang.
Negara-negara yang diuntungkan justru merupakan tetangga dekat Indonesia di Asia Tenggara, seperti Vietnam, Thailand, Kamboja, bahkan Malaysia.
"Ini juga harus jadi pelajaran agar tidak terulang lagi ketika perang dagang tarifnya naik Indonesia harus bisa memanfaatkan situasi untuk menarik industri manufaktur terutama yang sifatnya high tech yang bisa meningkatkan nilai tambah," ujar Bhima.
Dengan demikian, dia menilai upaya perbaikan iklim investasi menjadi kunci untuk membuat Indonesia makin menarik bagi investor yang ingin melakukan relokasi pabriknya.
"Dengan pendekatan yang tepat, Indonesia bukan hanya bisa meminimalkan dampak negatif dari perang dagang, tetapi juga memanfaatkan peluang yang muncul untuk memperkuat ekonominya," ujarnya.
Substitusi Pasar
Kedua, Achmad menilai, perang dagang—yang membuat produk China terkena tarif tinggi di AS — menciptakan ruang yang bisa diisi oleh produk ekspor Indonesia, terutama bila Indonesia mampu memenuhi standar kualitas yang diminta oleh pasar Amerika.
Berdasarkan catatan BPS, AS justru menjadi negara penyumbang surplus perdagangan terbesar pada September 2024 yakni sebesar US$1,38 miliar. Sementara itu, defisit terdalam, tercatat dialami dengan China senilai US$630,7 juta.
Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan komoditas yang membuat perdagangan RI surplus dengan AS dipengaruhi oleh mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya senilai US$277,8 juta, pakaian dan aksesorisnya US$214,3 juta, dan alaskaki US$213,2 juta.
Adapun, defisit dengan China, komoditas yang mempengaruhinya yakni mesin dan peralatan mekanis sebesar US$1,43 miliar, mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya US$1 miliar, serta kendaraan dan bagiannya US$314,8 juta.
“Neraca perdagangan Indonesia menurut negara mitra dagang pada September 2024 RI mengalami surplus perdagangan barang dengan beberapa negara dan tiga terbesar yang mengalami surplus adalah dengan AS US$1,39 miliar, India US$0,94 miliar, dan Filipina US$0,78 miliar,” tutur Amalia dalam konferensi pers di kantornya, Selasa (15/10/2024).
(dov/wdh)