Secara teknikal dengan perspektif harian (daily time frame), emas tersungkur di zona bearish. Terlihat dari Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 41,87. RSI di bawah 50 menandakan suatu aset sedang dalam posisi bearish.
Namun, indikator Stochastic RSI sudah berada di angka 0. Paling kecil, sangat jenuh jual (oversold).
Dengan demikian, sebenarnya harga emas berpeluang bangkit. Cermati pivot point di US$ 2.689/troy ons. Jika tertembus, maka kemungkinan akan menguji Moving Average (MA) 5 di US$ 2.706/troy ons. Target berikutnya adalah MA-10 di US$ 2.732/troy ons.
Adapun target support terdekat adalah US$ 2.639/troy ons yang menjadi MA-50. Selanjutnya akan ada di US$ 2.528/troy ons yang adalah MA-100.
Trump Menang Pilpres AS
Dinamika politik di Amerika Serikat (AS) masih menjadi sentimen utama penggerak harga emas. Donald Trump dipastikan menang dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 dan akan terpilih untuk memimpin Negeri Adikuasa selama 4 tahun ke depan.
Dalam masa kampanye, Trump kerap kali menggelorakan isu bahwa dolar AS harus lebih kuat. Hasilnya, Dollar Index (yang menggambarkan posisi greenback di hadapan 6 mata uang utama dunia) menguat 0,01% ke 105,124. Dalam sepekan terakhir, indeks ini melesat 1,21%.
Emas adalah aset yang dibanderol dalam dolar AS. Ketika mata uang Negeri Paman Sam terapresiasi, maka emas akan jadi lebih mahal bagi investor yang memegang mata uang lain. Akibatnya, permintaan akan turun dan harga mengikuti.
“Kejelasan seputar siapa yang menang dalam Pilpres AS menghilangkan elemen risiko. Trump juga berkali-kali menjanjikan penguatan dolar AS. Kombinasi ini yang membuat harga emas turun,” kata O’Connell, sebagaimana diwartakan Bloomberg News.
(aji)